DAMPAK PERAYAAN GREBEG SURO TAHUN 2009 TERHADAP PENINGKATAN KONDISI SOSIO-EKONOMI MASYARAKAT PONOROGO

LATAR BELAKANG

Perayaan Grebeg Suro merupakan sebuah agenda rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan selalu mendapatkan perhatian serta ditunggu-tunggu baik masyarakat Ponorogo (berdomisili di kota Ponorogo maupun di kota-kota lain) maupun berbagai masyarakat dari kota-kota lainnya, termasuk para turis dari manca negara. Melihat fenomena tersebut, Pemerintah Kabupaten Ponorogo telah merespon dengan baik dengan menyusun berbagai agenda kegiatan yang mampu mewarnai kemeriahan Perayaan Grebeg Suro tersebut.
Berbagai acara atau lomba yang digelar dalam Perayaan Grebeg Suro, mulai berbagai acara atau lomba sebelum acara Pembukaan Grebeg Suro, Malam Pembukaan Grebeg Suro, Festival Reyog Nasional, Pusat Keramaian di Aloon-Aloon Ponorogo, Kirap Pusaka, Malam Penutupan Grebeg Suro, Larung Risallah, dan berbagai acara lainnya, ternyata telah mampu menarik penonton atau pengunjung yang sangat besar. Pusat Keramaian di Aloon-Aloon Ponorogo, mulai dari sebelum tanggal pembukaan sampai dengan penutupan acara Perayaaan Grebeg Suro, dan bahkan beberapa hari setelah acara penutupan, tidak pernah sepi dari pengunjung dan pembeli. Fenomena tersebut telah banyak ditangkap oleh para pelaku bisnis, sehingga setiap acara Perayaan Grebeg Suro banyak berdatangan pelaku bisnis, baik dari dalam maupun luar kota Ponorogo, untuk membuka usaha di Aloon-Aloon Ponorogo. Selain usaha tersebut, acara Festifal Reyog Nasional, Kirap Pusaka, Larung Risallah, dan acara-acara yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, mampu menggerakkan kegiatan perekonomian di kota Ponorogo. Berbagai usaha bisnis di Ponorogo yang banyak mendapatkan dampak dari Perayaan Grebeg Suro antara lain usaha hotel atau penginapan, rumah makan, toko pakaian khas Ponorogo, salon kecantikan, penghias mobil dan lain-lain.

Potensi perputaran uang yang sangat besar tersebut di atas tentu saja tidak dapat diabaikan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo sebagai pemegang Public Policy. Adanya potensi perputaran uang yang sangat besar akan berdampak sangat signifikan terhadap pergerakan roda perekonomian di Kabupaten Ponorogo. Oleh sebab itu, untuk memahami fenomena dimaksud dibutuhkan sebuah penelitian sebagai metode pemahaman fenomena yang mendasar. Dengan hasil penelitian akan mampu memberikan pengetahuan dan informasi yang memadai sebagai landasan dalam membuat dan menetapkan kebijakan yang baru, khususnya tentang perkembangan kegiatan perekonomian masyarakat Ponorogo.

TUJUAN DAN MANFAAT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kondisi ekonomi masyarakat Ponorogo pada perayaan Grebeg Suro tahun 2009, yaitu diukur dari besarnya perputaran uang selama Perayaan Grebeg Suro.
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten Ponorogo, yaitu sebagai bahan masukan yang cukup berarti dalam menyusun kebijakan atau agenda Perayaan Grebeg Suro pada tahun yang akan datang, yang mampu mengembangkan sektor pariwisata, sosio-ekonomi masyarakat, dan ekonomi kerakyatan di Kabupaten Ponorogo.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian Eksploratif, dengan menggunakan metode pengamatan secara langsung, melakukan wawancara dan pengisian angket atau kuesioner. Jangka waktu penggalian data adalah mulai dari satu minggu sebelum sampai dengan satu minggu sesudah malam satu Suro.
Obyek penelitian adalah a) Pedagang di aloon-aloon Ponorogo, b) Pemilik hotel, rumah makan, penitipan kendaraan, toko, dan salon, c) Pawai, Tari Reyog, dan Kirap Pusaka, d) Keramaian Malam Pembukaan dan Penutupan Perayaan Grebeg Suro, e) Larung Risallah Doa. Metode pengumpulan data yang digunakan wawancara, kuesioner, dan observasi (pengamatan langsung). Metode analisis data penelitian dengan menggunakan metode Diskriptif Kuantitatif, yaitu memaparkan data baik dalam bentuk tabel atau gambar dan kemudian dilakukan analisis data secara naratif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jadual Perayaan Gebeg Suro Tahun 2009 Kabupaten Ponorogo diselenggarakan mulai tanggal 14 sampai dengan 26 Desember 2009. Berbagai kegiatan yang digelar pada tangal tersebut, antara lain : Pacuan Kuda, Simaan Al Qur’an, Pemilihan Kakang Senduk, Istiqozah, berbagai Pameran (Industri kecil, Bonsai, Adenium, Lukisan, Tanaman Hias dll), Pasar Malam di Aloon-Aloon, Festival Reyog Nasional XVI, Pawai Sepeda Unto, Kirab Pusaka, Ketoprak, Wayang Kulit, Musik Dangdut, Larung Risallah Doa, dan Festival Musik. Sedangkan untuk acara Pembukaan Grebeg Suro dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2009 dan acara Penutupan Grebeg Suro pada tanggal 17 Desember 2009.
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas tentu saja telah banyak “menyedot” perhatian dan antusias masyarakat secara luas untuk mengunjunginya. Banyaknya jumlah pengunjung dalam setiap kegiatan tentu saja akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perputaran uang selama Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 berlangsung.

Kegiatan Usaha di Aloon-Aloon Ponorogo dan Sekitarnya.
Hasil pendataan jenis kegiatan usaha di dalam aloon-aloon Ponorogo, terdapat sekitar 30 jenis usaha dan dari berbagai jenis usaha tersebut secara total jumlah pelaku usaha sekitar 667 pelaku usaha. Hasil penghitungan data perputaran uang di dalam aloon-aloon Ponorogo diketahui bahwa total pendapatan pelaku usaha (667 pelaku usaha) mulai membuka usaha di aloon-aloon Ponorogo sampai dengan Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 adalah sebesar Rp. 1.952.200.000,- dan total pendapatan sesudah Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 sampai dengan Penutupan Pasar Malam adalah sebesar Rp. 1.876.455.000,-. Dengan demikian, secara total pendapatan seluruh pelaku usaha di aloon-aloon Ponorogo selama Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 adalah sebesar Rp. 3.828.655.000,-. Besarnya total pendapatan seluruh pelaku usaha di aloon-aloon Ponorogo tersebut sekaligus sebagai gambaran besarnya perputaran uang yang ada di aloon-aloon Ponorogo selama Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009.
Usaha yang ada di sekitar aloon-aloon Ponorogo yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berbagai usaha yang sudah berjalan sebelumnya dan tetap menjalankan usaha meskipun Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 telah berakhir. Berbagai jenis usaha tersebut antara lain Bakso Kepala Sapi, KFC (Quick Chicken), RM Sami Lumayan, RM Maksih, RM Bu Rusmin, RM Zam-Zam, Tosoto, Bakso, Angkringan, Toko VCD, Toko Buah-Buahan, Toko Pakaian, Nasi Pecel Lesehan, dan lain-lain. Penghitungan pendapatan dilakukan mulai 6 (enam) hari sebelum Malam Penutupan (tanggal 17 Desember 2009) Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009. Berdasarkan hasil pengumpulan data, secara total pendapatan usaha (sebagai gambaran besarnya perputaran uang) di sekitar aloon-aloon Ponorogo selama belangsungnya Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 mencapai Rp. 175.200.000,-.
Usaha di sekitar aloon-aloon Ponorogo yang bersifat isidental dan menerima dampak langsung dari Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 adalah usaha parkir kendaraan. Hasil penggalian data jumlah titik parkir sebanyak 21 titik parkir, yaitu antara lain : SMKN I, Damri, Poper, Kodim Lama, Depan Muda Jaya Motor, Selatan Aloon-Aloon, Barat Aloon-Aloon, Depan Masjid Jami’, Pegadaian, Utara Aloon-Aloon, Kasda, PITI, Timur Aloon-Aloon, Utara Apollo, Gedung DPRD, Depan, DPRD, dan lain-lain. Hasil penghitungan total pendapatan seluruh dari pelaku usaha parkir selama 6 (enam) hari sebelum Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 adalah sekitar Rp. 96.920.000,-.
Usaha hotel di Ponorogo yang menjadi sampel penelitian adalah Hotel Gajah Mada, Dirgahayu, La-Tiban, Kencana Dewi, Aman, Sentrum, Ponorogo Permai, Gembira, Pantes, SAA, Larasati, dan Pantes. Jangka waktu penggalian data adalah selama 6 hari, yaitu mulai Malam Pembukaan (12 Desember 2009) sampai dengan Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 (17 Desember 2009). Secara total pendapatan dari usaha hotel di Ponorogo selama 6 hari tersebut diperkirakan mencapai Rp. 124.279.200,-.
Berdasarkan data-data tersebut di atas, secara keseluruhan perputaran uang di aloon-aloon Ponorogo dan sekitarnya selama Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 mencapai sebesar Rp. 4.225.054.200,-.

Malam Pembukaan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009.
Serangkaian acara yang digelar pada Malam Pembukaan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009, yang diakhiri dengan penyulutan kembang api, di panggung utama aloon-aloon Ponorogo pada tanggal 12 Desember 2009 telah mampu merangsang segenap warga Ponorogo dari seluruh penjuru kota untuk berbondong-bondong ke aloon-aloon dan sekitarnya. Tidak kurang dari 50.000 orang memadati aloon-aloon Ponorogo dan sekitarnya untuk menyaksikan Malam Pembukaan tersebut. Hal tersebut secara signifikan mempunyai pengaruh terhadap perputaran uang di Ponorogo. Dengan menggunakan estimasi bahwa setiap orang mengeluarkan sebanyak Rp. 20.000,- yang digunakan untuk membeli tiket, BBM, makan dan minum, rokok, dan lain-lain, maka pada Malam Pembukaan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 diperkirakan jumlah uang yang beredar sekitar Rp. 1.000.000.000,-.

Tari Reyog Massal dan Pawai Sepeda Unto.
Salah satu kegiatan untuk memeriahkan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 yang diselenggarakan pada tanggal 5 Desember 2009 adalah Tari Reyog Massal. Kegiatan tersebut mempunya dampak langsung terhadap perputaran roda perekonomian di Ponorogo. Kaos, celana, dan udeng yang dibuat seragam merupakan sebuah lahan usaha ekonomi tersendiri. Berdasarkan hasil penggalian data di lapangan, bahwa harga kaos, celana, dan udeng secara rata-rata sebesar Rp. 30.000,- dan jumlah peserta tari reyog tersebut sekitar 19.000 orang. Dengan demikian, secara total kebutuhan kaos, celana dan udeng untuk kegiatan tersebut mencapai sekitar Rp. 570.000.000,-. Disamping itu, para peserta tari reyog massal (anak TK) mayoritas diantar oleh orang tua mereka dan banyak menyedot perhatian pengunjung (penonton) untuk datang di aloon-aloon Ponorogo. Orang tua yang mengantar dan pengunjung (penonton) tersebut tentu saja melakukan transaksi ekonomi, antara lain untuk kebutuhan BBM, jajanan, dan minuman. Dengan menggunakan estimasi bahwa jumlah orang tua yang mengantar dan pengunjung (penonton) sekitar 20.000 orang dan pengeluaran sebesar Rp. 20.000,- maka secara total telah terjadi perputaran uang sebesar Rp. 400.000.000,- pada acara tersebut.
Acara Pawai Sepeda Unto yang dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2009, diikuti oleh sekitar 2.500 peserta. Dengan estimasi bahwa setiap peserta mengeluarkan biaya untuk kebutuhan pawai tersebut sebesar Rp 30.000 maka total uang yang telah dikeluarkan dalam acara tersebut mencapai Rp 75.000.000,-.
Mengacu pada data tersebut, secara total perputaran uang untuk kegiatan Tari Reyog Massal dan Pawai Sepeda Unto pada Perayaan Grebeg Suro tahun 2009 mencapai Rp. 1.045.000.000,-.

Pameran Bonsai, Bunga dan Produk Unggulan.
Pameran yang diselenggarakan dalam rangka Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009, antara lain Pameran Bonsai, Tanaman Hias, Bunga, dan Industri Kecil dan Produk Unggulan. Dalam penelitian ini jumlah sampel penelitian yang diambil adalah sebanyak 15 orang, yaitu terdiri dari jenis usaha Bunga (3 orang), Tanaman Hias (2 orang), Bonsai (5 orang), dan Industri Kecil dan Produk Unggulan (5 orang).
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pendapatan perhari dari usaha tersebut antara Rp 150.000,- sampai dengan Rp 1.500.000,-. Dengan memperhatikan jangka waktu pameran, maka secara total pendapatan atau perputaran uang yang terjadi selama pameran berlangsung mencapai sebesar Rp 70.550.000,-.

Kirab Pusaka dan Malam Penutupan (Malam 1 Suro).
Kirab Pusaka pada sore hari dan Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 (Malam 1 Suro), pada tanggal 17 Desember 2009, merupakan acara yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Ponorogo dan sekitarnya. Mulai siang hari (Kirab Pusaka) sampai dengan malam hari (Malam Penutupan) pada jam 24.00 WIB, tidak kurang dari 200.000 orang, baik dari dalam kota maupun luar kota Ponorogo, seperti Kabupaten Magetan, Trenggalek, Madiun, Wonogiri, Malang, Surabaya dan lain-lain, memadati aloon-aloon Ponorogo dan jalan-jalan di kota Ponorogo.
Mulai siang sampai dengan menjelang pagi hari pada malam itu (Malam Satu Suro) diperkirakan telah terjadi puncak perputaran uang di kota Ponorogo. Pada siang hari, acara Kirab Pusaka diikuti sekitar 20 dokar dan 100 kendaraan yang dihias dengan sangat menariknya. Dengan menggunakan estimasi untuk sewa dokar dan menghiasnya serta penampilan peserta pawai menghabiskan biaya sebanyak Rp. 1.500.000,- dan estimasi untuk sewa kendaraan dan menghiasnya serta penampilan peserta pawai menghabiskan biaya sebanyak Rp. 5.000.000,- maka total biaya untuk peserta Kirab Pusaka mencapai sebanyak Rp. 530.000.000,-.
Jumlah penonton yang cukup besar mulai acara Kirab Pusaka sampai dengan Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 (Malam Satu Suro) mempunyai pengaruh yang sifgnifikan terhadap perputaran uang di Ponorogo. Dengan mengunakan estimasi bahwa jumlah orang yang melakukan aktivitas sebesar 200.000 orang dan setiap orang membelanjakan uangnya sebesar Rp. 20.000,- (untuk membeli tiket, makan dan minum, BBM, rokok, parkir kendaraan, souvenir atau mainan dan lain-lain), maka diperkirakan jumlah uang yang beredar atau berputar di kota Ponorogo pada hari itu mencapai Rp. 4.000.000.000,-.
Mengacu pada data tersebut di atas, secara total mulai acara Kirab Pusaka sampai dengan Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 (Malam Satu Suro) estimasi perputaran uang yang telah terjadi sebesar Rp 4.530.000.000,-.
Larung Risallah Doa di Telaga Ngebel Ponorogo.
Kegiatan Larung Risallah Doa pada Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 yang diselenggarakan di sekitar Telaga Ngebel mampu menarik pengunjung yang cukup besar. Diperkirakan hampir 24.000 orang memadati kawasan Telaga Ngebel Ponorogo untuk menyaksikan jalannya prosesi Larung Risallah tersebut. Jumlah pengunjung yang sangat besar di Telaga Ngebel Ponorogo pada acara Larung Risallah tersebut mempunyai berdampak yang signifikan terhadap kegiatan ekonomi di sekitar kawasan Telaga Ngebel. Beberapa usaha Pedagang Kaki Lima (PKL), mulai penjual buah, bakso, mie ayam, dan sate kelinci, maupun usaha rumah makan telah mendapatkan keuntungan yang cukup besar dengan adanya kegiatan tersebut.
Dengan menggunakan estimasi bahwa setiap pengunjung membelanjakan uangnya sebesar Rp. 30.000,- untuk membeli tiket masuk, BBM, makan dan minum, parker, dan lain-lain, maka diperkirakan jumlah uang yang beredar pada kegiatan Larung Risallah pada tanggal 18 Desember 2009 tersebut sebesar Rp. 720.000.000,-.

Total Perputaran Uang
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diuraikan di atas maka secara total perputaran uang selama kegiatan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 di Kabupaten Ponorogo adalah sebesar Rp. 11.590.604.200,-. Besarnya nilai tersebut dengan perincian sebagai berikut : a) Usaha di Aloon-Aloon Ponorogo : Rp. 3.828.655.000,- b) Usaha di sekitar Aloon-Aloon Ponorogo : Rp. 175.200.000,- c) Usaha Parkir Kendaraan : Rp. 96.920.000,- d) Usaha Hotel / Penginapan : Rp. 124.279.200,- e) Malam Pembukaan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 : Rp. 1.000.000.000,- f) Tari Reyog Massal dan Pawai Sepeda Unto : Rp. 1.045.000.000,- g) Pameran Bonsai, Bunga, dan Produk Unggulan : Rp. 70.550.000,- h) Kirab Pusaka : Rp. 530.000.000,- i) Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro tahun 2009 : Rp. 4.000.000.000,- dan j) Larung Risallah Doa : Rp. 720.000.000,-.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya pelaksanaan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 terbukti mampu menggerakkan roda perekonomian di kota Ponorogo. Tidak hanya pelaku bisnis besar (misalnya rumah makan dan hotel), pelaku bisnis menengah ke bawah atau disebut usaha ekonomi kecil, baik di aloon-aloon Ponorogo maupun di sekitarnya, juga menikmati keuntungan dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Disamping itu, pelaksanaan Perayaan Grebeg Suro sebagai agenda rutin tahunan di Ponorogo dapat digunakan sebagai sarana mempromosikan produk atau hasil alam unggulan maupun bidang pariwisata Kabupaten Ponorogo.
Kegiatan usaha di aloon-aloon Ponorogo dan sekitarnya, acara Tari Reyog Massal dan Pawai Sepeda Unto, Malam Pembukaan, Kirab Pusaka, Malam Penutupan, dan Kegiatan Larung Risallah Doa di Telaga Ngebel, secara total mampu mempengaruhi peredaran uang yang sangat besar di Ponorogo, yaitu sekitar Rp. 11.590.604.200,-. Nilai perputaran uang tersebut masih dapat bertambah besar, karena perputaran uang dalam rangkaian kegiatan yang lain, misalnya Pacuan Kuda, Simaan Alqur’an, Istiqozah, Acara Pemilihan Kakang Senduk, Festival Musik, Road Race, dan lain-lain, tidak dihitung dalam penelitian ini.
Kegiatan pasar malam di aloon-aloon Ponorogo, khususnya terkait penataan lokasi, masih memerlukan perhatian dan penataan yang serius untuk tahun depan. Hal tersebut mengingat bahwa banyak pedagang mengeluh karena lokasi usahanya terlalu masuk ke dalam sehingga mengurangi jumlah pengunjung dan pembelinya. Disamping itu, terkait dengan kebersihan lokasi juga memerlukan perhatian dan perlu ditingkatkan kebersihannya. Khusus untuk lokasi pameran, keberadaan fasilitas air bersih dan MCK yang memadai dan layak sangat dibutuhkan untuk kenyamanan para peserta pameran dan para pengunjungnya.

Penelitian ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Ponorogo c/q Panitia Grebeg Suro Tahun 2009 dengan FISIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo)

1 komentar:

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Mei 2009)

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Mei 2009)

Penerbit: P2FE_UMP, Ponorogo (Oktober 2010)

Penerbit: P2FE_UMP, Ponorogo (Oktober 2010)

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Maret 2009)

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Maret 2009)

Penerbit : Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press, Maret 2013

Penerbit : Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press, Maret 2013

Penerbit Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press (Juli 2013

Penerbit Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press (Juli 2013

Penerbit UNMUH Ponorogo Press Bulan Juli 2015

Penerbit UNMUH Ponorogo Press Bulan Juli 2015

  ©REYOG CITY. Template by Dicas Blogger.

TOPO