Read More......

LANGKAH MENYUSUN BERKAS SERDOS : MEMASUKKAN BERKAS (BAGIAN 10)

Setelah menyusun Diskripsi Diri dan Ekuilivalen Wajib Mengajar Penuh (4 semester) beserta bukti-bukti kegiatan terkait, langkah selanjutnya adalah membagikan Instrumen Penilaian Persepsional kepada mahasiswa, teman sejawat, atasan, dan diri sendiri untuk mendapatkan penilaian.
  • Jumlah mahasiswa yang diminta menilai sebanyak 5 mahasiswa (sebaiknya dipilih mahasiswa yang sudah mengenal atau paham betul tentang dosen tersebut)
  • Jumlah teman sejawat yang diminta menilai sebanyak 3 dosen (sebaiknya dipilih teman sejawat yang sudah mengenal atau paham betul tentang dosen tersebut)
  • Jumlah atasan yang diminta menilai sebayak 1 pejabat (sebaiknya atasan langsung dari dosen tersebut).
  • Diri sendiri juga harus melakukan penilaian.

Yang harus mendapatkan perhatian form Instrumen Penilaian Persepsional yang diberikan kepada pihak yang dimaksud di atas masing-masing harus rangkap 2 (dua eksemplar) dan disepakati cara penilaian dengan memberikan tanda silang atau tanda lingkaran pada jawaban yang tersedia dan ditandatangani. Form Instrumen Penilaian Persepsional sudah tersedia dalam Panduan Sertifikasi Dosen.


Langkah selanjutnya setelah seluruh Instrumen Penilaian Persepsional terkumpul adalah memasukkan seluruh berkas ke dalam amplop. Sebelum memasukkan ke dalam amplop, yang perlu diperhatikan adalah :
  • Diskripsi Diri dibuat rangkap 2.
  • EWMP untuk 4 semester dibuat rangkap 2.
  • Curriculum Vitae dibuat rangkap 2
  • CD berisi Diskripsi Diri dan Curriculum Vitae sebanyak 2 buah
  • Bukti melaksanakan kegiatan untuk 4 semester dibuat rangkap 2.
  • Instrumen Penilaian Persepsional baik dari 5 mahasiswa, 3 teman sejawat, 1 atasan, dan diri sendiri dibuat rangkap 2.
  • Diskripsi Diri, EWMP, Instrumen Penilaian Persepsional di print pada kertas ukuran A-4 dan bukti melaksanakan kegiatan di copy dengan ukuran A-4
  • Menyiapkan amplop besar dan amplop sedang (kertas ukuran A-4 dapat dimasukkan) secukupnya.
  • Membuat identitas yang akan ditempel pada amplop (sebaiknya warna kertas identitas tersebut berbeda-beda untuk setiap amplop).

Memasukkan berkas ke dalam amplop (dibuat rangkap dua untuk dua assesor).
  • Amplop Identitas Dosen Dan Lembar Pengesahan.
  • Amplop Instrumen Persepsional Dari Mahasiswa.
  • Amplop Instrumen Persepsional Dari Teman Sejawat.
  • Amplop Instrumen Persepsional Dari Atasan.
  • Amplop Instrumen Persepsional Dosen Sendiri.
  • Amplop Instrumen Deskripsi Diri.
  • Amplop Penilaian Angka Kredit (PAK), SK Jabatan Akademik dan SK Kepangkatan.
  • Amplop Pas Foto Berwarna Ukuran 3 x 4 sejumlah Empat Buah.
  • Amplop Lampiran.


Read More......

LANGKAH MENYUSUN BERKAS SERDOS : EKUILIVALEN WAJIB MENGAJAR PENUH (BAGIAN 9)

Setelah seluruh data masuk dalam Curriculum Vitae, langkah selanjutnya (selain menarasikan dalam bentuk Deskripsi Diri) adalah menyusun Ekuilivalen Wajib Mengajar Penuh (EWMP) untuk dua tahun terakhir atau 4 semester terakhir. Yang perlu mendapat perhatian dalam menyusun EWMP adalah seluruh data yang ditulis harus didukung dengan bukti-bukti terkait dan bukti-bukti tersebut akan dilampirkan dalam berkas pengajuan Serdos (berbentuk copy bukti terkait dan telah dilegalisir). Secara umum data yang harus diisikan dalam form EWMP mencakup unsur Tridharma PT (Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian pada Masyarakat) dan unsur penunjang Tridharma PT. Beberapa data yang dapat dimasukkan antara lain adalah :

Pendidikan dan Pengajaran.
  • Pengampu Mata Kuliah.
  • Pembimbing KKL, KKN, PKN.
  • Pembimbing Skripsi atau Tesis.
  • Penguji Skripsi atau Tesis.
  • Membina Kegiatan Mahasiswa.
  • Mengembangkan Buku Pengajaran.
  • Menyampaikan Orasi Ilmiah.
  • Menduduki Jabatan.
  • Dan lain-lain.


Penelitian.
  • Hasil Penelitian yang Dipublikasikan (ISBN) berbentuk Buku Monograf atau Buku Referensi.
  • Hasil Penelitian yang Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah ISSN atau Terakreditasi.
  • Hasil Penelitian yang Diseminarkan.
  • Hasil Penelitian yang Tersimpan di Perpustakaan.
  • Tulisan dalam Media Massa.
  • Dan lain-lain.

Pengabdian pada Masyarakat.
  • Memberi latihan, penyuluhan/penataran/ceramah kepada masyarakat.
  • Memberi pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan lain yang menunjang pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
  • Dan lain-lain.

Penunjang Tridharma PT
  • Menjadi anggota dalam suatu panitia pada PT.
  • Menjadi anggota panitia/badan pada lembaga pemerintah.
  • Menjadi anggota profesi.
  • Berperan aktif dalam pertemuan ilmiah.
  • Dan lain-lain.

Berikut contoh EWMP (hanya contoh 2 semester) yang penulis susun pada saat pengajuan Serdos 2009 :


Read More......

LANGKAH MENYUSUN BERKAS SERDOS : DESKRIPSI DIRI 6 (BAGIAN 8)

G. Etos kerja (semangat, target kerja, disiplin, ketangguhan).
Jelaskan etos kerja yang meliputi semangat, target kerja, disiplin, dan ketangguhan Saudara menghadapi masalah! Berikan contoh nyata yang Saudara lakukan/alami dalam kehidupan profesional sebagai dosen!.
Deskripsi.
Saya dalam menjalankan tugas sebagai dosen dan menjabat sebagai Sekretaris LPPM penuh semangat dan bekerja dengan tepat waktu. Dalam hal mengajar saya selalu membuat kesepakatan dengan mahasiswa tentang jam masuk kuliah dan beberapa aturan yang disepakati bersama, sehingga dalam masuk kuliah hampir selalu tetap waktu dan jika saya tidak masuk kuliah karena ada kepentingan saya selalu memberitahu mahasiswa dan memberikan tugas untuk dikerjakan secara individu atau kelompok, sedangkan materi biasanya sudah saya cantumkan di blog saya atau jika belum dapat dicari di perpustakaan. Sedangkan untuk jabatan sebagai sekretaris, saya selalu mengupayakan masuk kerja tepat lagi dan biasanya untuk pagi saya gunakan untuk mencari berbagai informasi terkait penelitian dan pengabdian pada masyarakat, baik di websitenya Ditjen Dikti Depdiknas, DP2M Ditjen Dikti Depdiknas, Ditnaga Depdiknas, Kelembagaan Depdiknas, LIPPI, Ristek, Kopertis dan Kopertais, Departemen Agama dan lain-lain. Itu semua saya lakukan agar Universitas Muhammadiyah Ponorogo tidak ketinggalan informasi dan dapat masuk ke berbagai peluang yang ada. Sebagaimana hal ketepatan masuk kerja, untuk jam pulang saya selalu tepat waktu, atau bahkan sering melakukan lembur jika ada pekerjaan yang belum selesai.


Sebagai contoh ketika saya menjabatsebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan saya bersama teman dosen jurusan melakukan lembur sampai malam di kampus untuk menyiapkan birang akreditasi jurusan. Demikian juga pada waktu jadi sekretaris LPPM saya juga sering lembur sampai malam untuk menyelesaikan tugas di LPPM, antara lain ketika menyiapkan pengiriman proposal penelitian dan pengabdian DP2M Ditjen Dikti, membuat proposal kerjasama dengan berbagai pihak, maupun menyelesaikan laporan akhir suatu program. Sebagai suatu lembaga dimana ketua dan sekretaris diangkat oleh Rektor, maka tiap tahun LPPM selalu melaporkan perkembangan dan rencana kerja untuk tahun yang akan datang untuk tiap tahunnya. Meskipun tidak secara resmi diminta oleh Rektor dan lembaga lain tidak menyampaikan laporan tahunan, namum Ketua dan saya percaya akan ada manfaatkan untuk menilai prestasi kerja dan kejelasan program yang akan datang.


H. Integritas Diri (kejujuran, keteguhan pada prinsip, konsistensi, tanggung jawab dan keteladanan).
Jelaskan integritas Saudara dalam kaitannya dengan kejujuran, keteguhan prinsip, konsistensi, tanggung jawab, dan keteladanan yang dapat ditunjukkan di lingkungan Saudara! Berikan contoh nyata yang Saudara alami dalam kehidupan profesional sebagai dosen!.
Deskripsi.
Sebagai seorang dosen dan sekaligus menjabat sebagai Sekretaris LPPM, saya selalu menekankan masalah kejujuran, keteguhan, konsistensi, tanggung jawab, dan keteladanan. Sebagai seorang dosen, saya dalam menyampaikan kuliah maupun pemberian nilai mahasiswa saya lakukan dengan jujur, tanggung jawab, dan konsistensi terhadap kesepakan yang telah dibuat pada awal perkuliahan. Selain itu, terkait ketepatan masuk kuliah dan teknik menyelesaikan masalah (soal-soal) merupakan upaya memberikan keteladanan kepada mahasiswa agar mereka disiplin dan mampu menyelesaiakan soal secara sistematis. Selain itu dalam kaitannya tugas membuat makalah, hal saya tekankan kepada mahasiswa adalah untuk selalu menghargai karya orang lain dengan jalan mencantumkan setiap sumber kutipan yang ada di makalah tersebut. Karya ilmiah yang sudah saya hasilkan, misalnya dalam bentuk laporan penelitian, karya ilmiah yang dimuat di jurnal ilmiah maupun karya ilmiah yang dimuat di media massa, merupakan karya hasil penelitian maupun kajian ilmu yang saya tulis dengan apa adanya tanpa harus saya rubah data atau informasinya. Oleh sebab itu, saya selalu siap dan berani mempertanggungjawabkan karya itu, baik melalui seminar maupun diwawancarai oleh media elektronik (radio) yang ada di Ponorogo.


I. Keterbukaan terhadap kritik, saran, dan pendapat orang lain (penyikapan, penerimaan).
Bagaimana Saudara menyikapi kritik, saran dan pendapat orang lain? Berikan contoh nyata yang Saudara alami dalam kehidupan profesional sebagai dosen!.
Deskripsi.
Dalam proses pembelajaran maupun menjelang UAS saya selalu memberikan kebebasan mahasiswa untuk melakukan kritik, sarang, dan pendapat mereka secara tertulis. Semua itu saya terima dengan senang hati karena akan menunjukkan kepada saya tentang yang sudah saya lakukan dan masih memerlukan perbaikan. Selain itu, tulisan atau artikel saya yang telah dimuat di jurnal imiah atau di media massa sering saya tunjukkan kepada teman dosen untuk memberikan kritik maupun saran. Demikian juga dengan buku Statistika Deskriptif dan Statistika Induktif, sebelum saya tawarkan ke penerbit, saya sudah mengkopikan kepada mahasiswa dan teman dosen untuk mengkritisi. Bagi saya kritik, saran, dan pendapat orang lain merupakan masukan yang sangat berharga untuk perbaikan diri saya di masa akan datang.


J. Peran sosial (kemampuan kerja sama, kemampuan komunikasi).
Bagaimana kemampuan Saudara dalam menjalin kerjasama dan berkomunikasi dengan teman sejawat, staf administrasi, atasan, mahasiswa, dan masyarakat? Berikan contoh nyata yang Saudara alami dalam kehidupan profesional sebagai dosen!.
Deskripsi.
Dalam hal kerjasama, saya tidak pernah memilih-milih teman dan saya selalu dapat bekerja sama dengan semua orang. Berbagai penelitian yang saya hasilkan selalu berganti personel yang terlibat kerja sama dengan saya. Bahkan saya dapat bekerja sama dengan mahasiswa, yaitu mahasiswa saya libatkan dalam penelitian. Dalam hal komunikasi, saya tidak ada hambatan dan hamper setiap forum yang saya ikuti saya selalu dapat menyampaikan pemikiran dan gagasan saya. Kemampuan saya menyampaikan gagasan dan pemikiran tersebut, maka saya sampai saat ini masih terpilih sebagai anggota senat Fakultas Ekonomi dan sekaligus Senat Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Adanya kemampuan bekerja sama dan komunikasi tersebut, maka saya dipercaya sebagai Konsultan Teknik Kecamatan (KTK) untuk Anti Poverty Program (APP) di Ponorogo untuk Tahun 2008 dan 2009. Sebagai KTK APP, pada tahun 2008 saya membawahi 3 orang Pendamping Kelompok Masyarakat dengan wilayah kerja sebanyak 6 desa dan tahun 2009 membawahi 2 orang Pendamping Kelompok Masyarakat dengan wilayah kerja sebanyak 5 desa.


K. Orisinalitas (kreativitas dan inovasi).
Jelaskan kemampuan Saudara dalam menemukan dan menerjemahkan ide-ide baru untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas dalam berbagai aspek pekerjaan Saudara! Berikan contoh nyata yang Saudara alami dalam kehidupan profesional sebagai dosen!.
Deskripsi.
Kreativitas dan inovasi keilmuan saya tuangkan dalam bentuk penelitian maupun berbagai tulisan ilmiah saya yang dimuat di jurnal ilmiah maupun media massa. Berbagai penelitian maupun tulisan ilmiah yang saya hasilkan tersebut merupakan hasil pengamatan saya terhadap fenomena yang ada di sekitar saya. Adanya ide-ide baru yang kreatif tersebut, membuat beberapa proposal yang saya tulis dapat disetujui dan didanai oleh DP2M Ditjen Dikti Depdiknas, dan beberapa tulisan dalam bentuk artikel ilmiah dari hasil penelitian yang saya lakukan juga dapat diterima dan diterbitkan di berbagai jurnal ilmiah terakreditasi.

Read More......

LANGKAH MENYUSUN BERKAS SERDOS : DESKRIPSI DIRI 5 (BAGIAN 7)

F. Karakter pribadi dalam berbagai situasi dan kondisi (kendali diri, kesabaran, ekspresi perasaan, rasionalitas).
Jelaskan karakter/kepribadian Saudara yang menggambarkan kemampuan pengendalian diri, kesabaran, empati, dan rasionalitas pada berbagai situasi! Berikan contoh nyata yang Saudara alami dalam kehidupan profesional sebagai dosen!.
Deskripsi.
Pengendalian Diri. Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, yang dipercaya sebagai anggota senat Fakultas Ekonomi dan sekaligus menjadi anggota senat Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Dalam setiap rapat yang digelar oleh senat (baik senat fakultas maupun universitas) sering kali terjadi perbedaan pendapatan dan berdampak pada perdebatan yang panjang. Melihat kondisi tersebut, biasanya saya akan memberikan berbagai masukan yang mendasar, misalnya menegaskan tujuan awal pembicaraan, dan pembahasan dilakukan pertahap sehingga tidak melompat. Masukan tersebut biasanya diakomodir dan dilakukan penataan pembahasan kembali, namun tidak jarang saya juga malah diserang oleh beberapa anggota senat lain karena dinilai mengembalikan pembahasan yang sudah mau matang. Menghadapi hal tersebut, saya menjelaskan kembali tujuan dasar dan tahap-tahap yang perlu dilakukan untuk mencapai tujua tersebut. Pengalaman tersebut memberikan pelajaran yang menarik untuk saya bahwa dalam menghadapi permasalahan jika kita tidak dapat mengendalikan diri maka sering kali cara berpikir kita menjadi tidak tertata, muncul emosi yang tinggi, dan akhirnya permasalahan tersebut tidak dapat terjawab, bahkan semakin melebar.


Kesabaran. Upaya menumbuhkan peran aktif dosen untuk membuat proposal penelitian dan atau pengabdian kepada masyarakat yang akan diajukan ke DP2M Ditjen Dikti Depdiknas merupakan upaya yang sangat membutuhkan kesabaran. Pengumuman atau informasi tetang proposal ke DP2M Ditjen Dikti Depdiknas, pernah ditujukan ke Dekan masing-masing fakultas untuk diteruskan ke dosen, namun beberapa fakultas sering tidak menindaklanjuti untuk menyampaikan ke dosen dan akhirnya dosen banyak yang mengadu sekaligus protes ke LPPM karena tidak dikasih informasi. Mendapatkan protes dan kritikan tersebut Ketua LPPM dan saya (sekretaris) sangat berterikasih karena mendapatkan bahan untuk koreksi diri terhadap langkah yang telah dilakukan LPPM. Berdasar pengalaman tersebut, akhirnya surat pengumuman atau informasi tidak ditujukan ke Dekan, tetapi langsung ditujukan ke nama masing-masing dosen fakultas. Cara ini ternyata lebih mengena, terbukti jumlah proposal yang masuk ke LPPM terdapat peningkatan. Namun dari data proposal yang masuk ternyata dosen yang terlibat hanya dosen tertentu saja sedangkan dosen yang belum pernah membuat proposal masih banyak. Oleh sebab itu, akhirnya diambil langkah selain diberikan surat secara langsung ke masing-masing dosen, saya (sekretaris) dan Ketua LPPM juga turun langsung mengajak teman-teman dosen yang belum pernah membuat proposal untuk mencoba membuat proposal. Contoh proposal yang sudah pernah diterima dan buku panduan sering saya bawa ke mana-mana untuk menyemangati teman-teman dosen tersebut, dan jika mereka menyatakatan akan menyusun terus dipantau perkembangannya dan sering ditanya bahkan dibantu beberapa kesulitan yang merekan hadapi. Cara tersebut akhirnya mendapatkan hasil telah terjadi peningkatan yang signifikan dari jumlah proposal yang terkirim dan sudah sangat merata di setiap fakultas. Sebagai gambaran, pada tahun 2002 proposal (penelitian dan pengabdian pada masyarakat) yang dikirim ke DP2M Ditjen Dikti Depdiknas sebanyak 11 proposal, tahun 2003 sebanyak 22 proposal, tahun 2004 sebanyak 18 proposal, tahun 2005 sebanyak 43 proposal, tahun 2006 sebanyak 46 proposal, tahun 2007 sebanyak 52 proposal, tahun 2008 sebanyak 84 proposal.

Ekspresi Perasaan. Terkait bidang saya yang saya tekuni saat ini, statistika dan program SPSS, saya sering membantu teman dosen dalam menyelesaikan thesisnya, khususnya untuk mengajari cara mengolah data dan sekaligus membaca hasil olahan data. Teman dosen yang pernah saya bantu tidak hanya dari Fakultas Ekonomi tetapi juga fakultas-fakultas yang lain. Melihat berbagai permasalahan dalam penyusunan thesis tersebut, akhirnya mendorong saya membuat buku sederhana tentang cara mengolah dan menganalisis data dengan program SPSS, dan buku tersebut saya berikan kepada teman yang membutuhkan, selain sudah saya masukkan dalam blog saya, http://ssantoso.blogspot.com. Selain membantu masalah pengolahan dan analisis data tersebut di atas, saya juga sering membantu teman dosen dalam menyusun kenaikan jabatan akademik (sampai saat ini saya termasuk anggota PAK Universitas Muhammadiyah Ponorogo). Bantuan yang saya lakukan adalah menata langkah untuk menyusun kenaikan jabatan akademik, cara menghitungnya, dan cara menyusunnya. Karena saya termasuk dosen yang sudah mempunyai kepangkatan akademik yang tinggi, maka form isian pengajuan kenaikan kepangkatan akademik saya (Lektor dan Lektor Kepala) sering saya copi dan saya berikan pada teman-teman yang mau mengajukan kenaikan kepangkatan akademik tersebut.

Rasionalitas. Saya sering membawa jurnal akreditasi yang memuat artikel ilmiah yang saya tulis. Jurnal tersebut saya tunjukkan kepada teman dosen, dan biasanya saya hanya berbicara “Masa begini aja tidak bisa?”. Biasanya sambil mengobrol, saya menyinggung tentang arti penting menulis artikel ilmiah di jurnal nasional dan jurnal akreditasi. Selain dapat digunakan sebagai bahan untuk mendukung akreditasi jurusan dan program studi, keuntungan penulis sendiri adalah dapat digunakan untuk kenaikan jabatan akademik (karena kum artikel di jurnal yang tinggi dibandingkan hasil penelitian yang hanya disimpan di perpustakaan) dan dampak dari kenaikan jabatan akademik tersebut adalah adanya kenaikan kesejahteraan pada diri masing-masing. Penjelasan secara rasional ternyata lebih mendorong semangat mereka baik untuk menulis artikel di jurnal ilmiah maupun mengurus kenaikan jabatan akademik. Saat ini, untuk teman dosen di Fakultas Ekonomi sudah banyak yang telah menulis artikel di jurnal ilmiah, baik jurnal di fakultas, universitas, luar universitas, dan bahkan jurnal akreditasi. Mereka yang telah berhasil menulis di jurnal ilmiah tersebut, kenaikan kepangkatan akademiknya juga mengalami kelancaran.

Read More......

LANGKAH MENYUSUN BERKAS SERDOS : DESKRIPSI DIRI 4 (BAGIAN 6)

D. Peningkatan Kualitas Kegiatan Mahasiswa (perubahan pengelolaan, implementasi kebijakan, dan dukungan institusi).
Jelaskan upaya-upaya keterlibatan Saudara dalam kegiatan kemahasiswaan, bagaimana implementasinya dan dukungan institusi Sdr! Berikan contoh nyata keterlibatan Saudara dalam kehidupan profesional sebagai dosen.
Deskripsi.
Meskipun saya sudah tidak menjadi dosen wali mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembanguan (terakhir tada tahun 2004), namun saya masih tetap akrab dengan mahasiswa. Beberapa mahasiswa sering saya ajak untuk membantu penelitian saya sebagai tenaga lapangan dan juga terlibat sebagai tenaga lapangan untuk penelitian yang dijalankan oleh LPPM Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Pengalaman saya dalam bidang penelitian dan penulisan artikel ilmiah di berbagai jurnal maupun media massa, dan sikap saya yang akrab dan terbuka membuat mahasiswa sering konsultasi kepada saya khususnya masalah metode penelitian maupun pengolahan data untuk penyusunan skripsi, baik secara langsung bertatap muka maupun melalui e-mail. Sampai saat ini mahasiswa yang konsultasi ke saya tidak hanya dari mahasiswa Fakultas Ekonomi tetapi juga mahasiswa dari fakultas lain. Terkait dengan pengembangan kualitas mahasiswa dalam bidang penulisan artikel, saya pernah menjadi pemateri dalam : 1) Pendidikan dan Latihan Jurnalistik BEM Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada tahun 2004; 2) Pelatihan Peneliti Muda Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada tahun 2007; dan 3) Pelatihan Penulisan Ilmiah Mahasiswa BEM Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada tahun 2008.

Untuk menumbuhkembangkan kegiatan mahasiswa dalam bidang penulis artikel, pada tahun 2004 saya pernah menyampaikan usulan kepada Rektor pada acara koordinasi dengan lembaga-lembaga di Universitas Muhammadiyah Ponorogo untuk memberikan insentif bagi mahasiswa yang artikelnya berhasil dimuat di media massa. Alasan saya pada saat itu, selain untuk menumbuhkembangkan kegiatan penulisan artikel sekaligus sebagai media promosi dan publikasi terkait aktivitas mahasiswa Universitas Muhamamdiyah Ponorogo. Usulan tersebut mendapatkan tanggapan yang positif dan langsung Rektor memerintahkan bagian Penerimaan Mahasiswa Baru untuk merancang anggaran untuk insentif bagi mahasiswa yang tulisannya dimuat di media massa dan sampai saat ini program insentif tersebut masih berjalan dengan lancar, meskipun mahasiswa menulis artikel masih sebatas di koran lokal.


E. Peningkatan Pengabdian kepada Masyarakat (kegiatan dan implementasi perubahan, serta dukungan masyarakat).
Jelaskan upaya-upaya keterlibatan Saudara dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat, bagaimana implementasi, dan dukungan masyarakat! Berikan contoh nyata keterlibatan Saudara dalam kehidupan profesional sebagai dosen.
Deskripsi.
Keterlibatan saya dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat telah dimulai dari tahun 1997 sampai dengan sekarang. Jenis kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah saya lakukan sebagaimana terangkum dalam tabel sebagai berikut :


Keterlibatan saya dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat tersebut di atas mendapatkan sambutan yang positif baik oleh pihak pemerintahan kecamatan dan atau pemerintahan desa lokasi program maupun pihak masyarakat secara langsung penerima program. Adanya sambutan positif dan dampak pelaksanaan program tersebut, saya laporkan kepada pihak pimpinan Universitas Muhammadiyah Ponorogo dan ditindaklajuti dengan menerjunkan mahasiswa di beberapa lokasi tersebut baik dalam bentuk bakti sosial, kuliah kerja lapangan, kuliah kerja nyata, maupun sebagai desa binaan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Sedangkan dari pihak pemberi program, sampai saat ini masih memberikan respon positif dan kepercayaan terhadap keterlibatan saya dalam program pengabdian pada masyarakat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan masih diberikannya kepercayaan kepada saya untuk tetap terlibat secara aktif dalam program pengabdian pada masyarakat, dan khususnya pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo sampai saat ini tetap mempercayakan berbagai program (penelitian dan pengabdian pada masyarakat) untuk dilaksanakan oleh dosen-dosen di Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Read More......

LANGKAH MENYUSUN BERKAS SERDOS : DESKRIPSI DIRI 3 (BAGIAN 5)

C. Peningkatan Kualitas Manajemen/Pengelolaan Institusi (pengelolaan, implementasi kebijakan, dan dukungan institusi).
Jelaskan upaya-upaya keterlibatan Saudara dalam pengembangan manajemen (pengelolaan) pada unit kerja di perguruan tinggi Saudara, bagaimana implementasi dan dukungan institusi Sdr! Berikan contoh nyata yang Saudara lakukan dalam kehidupan profesional sebagai dosen!.
Deskripsi.
Beberapa keterlibatan saya dalam pengembangann kualitas manajemen institusi di Universitas Muhammadiyah Ponorogo adalah sebagai berikut :

Pada periode waktu 1998 sampai dengan 2001, saya dipilih dan dipercaya oleh senat Fakultas Ekonomi untuk menjabat sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan. Tantangan pada saat itu adalah Jurusan Ekonomi Pembangunan sedang mempersiapkan akreditasi jurusan untuk yang pertama kali. Oleh sebab itu, setelah saya dilantik menjadi ketua jurusan saya langsung mengadakan koordinasi dengan teman-teman dosen di jurusan untuk mempersiapkan berkas-berkas untuk akreditasi tersebut. Meskipun untuk masalah akreditasi menjadi tanggung jawab ketua jurusan, namun saya banyak melibatkan temanteman dosen di jurusan dan selalu mengadakan koordinasi maupun diskusi baik secara formal maupun informal. Sejak awal kepada teman-teman dosen jurusan telah saya sampaikan bahwa jabatan ketua jurusan itu selalu ada pergantian, sehingga jika teman dosen lain yang nanti nanti menjabat menjadi tidak bingung menangani akreditasi jurusan. Hasil kerja keras saya dan teman-teman dosen jurusan membawa hasil, yaitu Jurusan Ekonomi Pembangunan mendapatkan akreditasi B. Selain masalah akreditasi, dalam hal pembagian jam mengajar maupun pembagian jumlah bimbingan skripsi, sebelum ditetapkan dan disampaikan surat tugas biasanya saya sudah koordinasikan dengan teman-teman dosen untuk mendapatkan masukan. Hasilnya, setiap diadakan rapat penetapan jumlah jam mengajar untuk dosen dan pembagian pembimbingan mahasiswa di Jurusan Ekomomi Pembangunan hampir dipastikan tidak ada masalah.

Pada periode waktu 2001 sampai dengan 2005, saya dipercaya oleh pimpinan Universitas Muhammadiyah Ponorogo menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Tantangan pada saat itu adalah masih sedikitnya teman-teman dosen yang mengajukan proposal penelitian (DM dan atau SKW) dan proposal pengabdian pada masyarakat ke DP2M Ditjen Dikti Depdiknas (pada saat itu maksimal hanya mengirim 4 proposal penelitian dan 2 proposal pengabdian), dan dalam setiap tahun belum tentu mendapatkan pendanaan dari DP2M Ditjen Dikti Depdiknas. Kondisi tersebut telah mendorong, tim LPPM (Ketua dan Sekretaris beserta staff) untuk berusaha meningkatkan peran aktif dosen baik dalam bidang penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Untuk mendorong peran aktif tersebut dan sekaligus sebagai sarana untuk pembelajaran maka LPPM mengajukan program penelitian dan pengabdian yang didanai oleh pihak Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Sedangkan untuk meningkatkan peran aktif dosen dalam membuat proposal penelitian dan pengabdian pada masyarakat ke DP2M Ditjen Dikti Depdiknas, selain memberikan informasi kepada seluruh dosen juga berusaha melakukan pendekatan dan memotivasi yang dilakukan secara informal. Ketua LPPM dan saya, selaku sekretaris, menyediakan waktu untuk melayani jika ada dosen yang akan konsultasi atau bertanya seputar penyusunan proposal. Upaya-upaya tersebut berdampak cukup besar, yaitu ditandai dengan semakin banyaknya dosen yang sering ke LPPM untuk konsultasi atau mencari bahan atau referensi dalam penyusunan proposal, semakin meningkatnya jumlah proposal yang masuk, dan semakin meningkatnya jumlah proposal yang didanai oleh DP2M Ditjen Dikti Depdiknas, yaitu setiap tahun selalu mendapatkan pendanaan dari proposal yang telah dikirim. Dengan adanya prestasi dalam mengembangkan bidang penelitian dan pengabdian pada masyarakat tersebut, Ketua LPPM dan saya, selaku sekretaris, mendapatkan kepercayaan kembali untuk yang mengelola dan mengembangkan LPPM Universitas Muhammadiyah Ponorogo untuk periode tahun 2005 sampai dengan 2009. Sebagai gambaran, pada tahun 2002 proposal (penelitian dan pengabdian pada masyarakat) yang dikirim ke DP2M Ditjen Dikti Depdiknas sebanyak 11 proposal, tahun 2003 sebanyak 22 proposal, tahun 2004 sebanyak 18 proposal, tahun 2005 sebanyak 43 proposal, tahun 2006 sebanyak 46 proposal, tahun 2007 sebanyak 52 proposal, tahun 2008 sebanyak 84 proposal.

Pada tahun 2004, saya memberikan masukan kepada Ketua LPPM untuk menerbitkan sebuah jurnal ilmiah yang isinya berupa artikel imiah hasil penelitian dan kajian bidang ilmu. Alasan saya mengusulkan hal tersebut adalah, setelah saya mengikuti pelatihan dan lokakarya pengelolaan jurnal di malang pada tahun 2002 dan di Surakarta pada tahun 2003, dan sudah banyaknya hasil penelitian yang dihasilkan oleh para dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo, baik dari penelitian local yang didanai universitas maupun penelitian DM dan SKW yang didanai oleh DP2M Ditjen Dikti Depdiknas. Usulan saya tersebut disambut baik oleh Ketua LPPM dan saya diminta membuat proposal penerbitan jurnal. Setelah saya koordinasi dengan beberapa teman dan mengamati perkembangan penelitian yang ada di Universitas Muhammadiyah Ponorogo, saya mengajukan proposal penerbitan jurnal dengan nama Fenomena Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Humaniora. Proposal tersebut mendapatkan respon yang positif, dan langsung diterbitkan SK Rektor Universitas Muhammadiyah Ponorogo tentang pengelola jurnal ilmiah Fenomena periode tahun 2004 sampai dengan 2007 dan saya dipercaya sebagai wakil penyunting. Kelancaran pengelolaan dan penerbitan jurnal ilmiah tersebut (sampai saat ini sudah masuk pada volume 6, nomor 1, Januari 2009) ternyata berdampak bahwa sampai saat ini (periode tahun 2007 sampai dengan 2009) saya masih diberikan kepercayaan untuk menjadi wakil penyunting.

Pengalaman mengelola dan menerbitkan Jurnal Ilmiah Fenomena, saya sampaikan kepada pejabat struktural di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo untuk menerbitkan sebuah jurnal di fakultas. Karena saya dianggap sudah berpengalaman dan berhasil mengelola jurnal, maka saya langsung ditunjuk oleh Dekan Fakultas Ekonomi untuk menyampaikan secara langsung rencana penerbitan jurnal fakultas kepada seluruh dosen pada acara pertemuan rutin di Fakultas Ekonomi. Respon dari apa yang saya jelaskan tentang rencana penerbitan jurnal fakultas tersebut sangat positif dan disepakati nama jurnalnya adalah Ekuilibrium. Akhirnya untuk kejelasan pengelolaan jurnal tersebut maka dikeluarkan SK Dekan Fakultas Ekonomi tentang pengelola jurnal Ekuilibrium, dan saya dipercaya untuk menjadi wakil penyunting untuk periode tahun 2005 sampai dengan 2009. Saat ini jurnal Ekuilibrium masuk volume 4, nomer 2, Maret 2009.

Read More......

LANGKAH MENYUSUN BERKAS SERDOS : DESKRIPSI DIRI 2 (BAGIAN 4)

B. Pengembangan Keilmuan/Keahlian Pokok (produktivitas dan makna karya ilmiah).
Jelaskan produk karya-karya ilmiah yang telah Saudara hasilkan, baik dalam bentuk buku, penelitian, jurnal ilmiah, makalah yang dipresentasikan (dalam forum ilmiah), hak paten, hak cipta, artikel dalam media masa dan bagaimana keterkaitannya (makna karya) dengan pengembangan keilmuan Saudara! Berikan judul karya ilmiah Saudara dan yang menerbitkan/mempublikasikannya!.
Deskripsi.
Aktivitas ilmiah yang telah saya laksanakan selama saya menjadi dosen di Universitas Muhamadiyah Ponorogo, baik dalam bentuk penelitian, artikel ilmiah dalam jurnal ilmiah, artikel dalam media massa, maupun buku yang diterbitkan, secara rinci terangkum dalam tabel berikut :





5. Karya Dipublikasikan dalam Web.
Sekitar tahun 2007 saya telah membuat blog sendiri yang saya gunakan untuk mempubilkasikan berbagai tulisan (opini), hasil penelitian, berita bergambar, materi kuliah : Statistika Deskriptif, Statistika Induktif, Metode Penelitian, dan Program SPSS. Alamat blog saya adalah http://ssantoso.blogspot.com dan sampai saat ini jumlah pengunjung blog saya sudah mencapai lebih dari 30.000.

Makna Karya.
Berbagai karya ilmiah baik dalam bentuk penelitian, karya ilmiah dalam jurnal ilmiah, karya yang dimuat dalam media massa, buku yang diterbitkan, dan berbagai karya yang terpublikasi melalui blog saya, mempunyai keterkaitan (makna) yang sangat erat dengan pengembangan keilmuan yang saya tekuni dan khususnya pengembangan dalam mata kuliah yang saya ampu. Berbagai hasil penelitian maupun karya ilmiah lain yang telah saya hasilkan sangat memperkaya pengetahuan atau keilmuan saya tentang fenomena sosial dan ekonomi yang ada di masyarakat. Selain itu, hasil penelitian tersebut juga saya gunakan untuk memperkaya bahan perkuliahan yang saya ampu, khususnya untuk mata kuliah Statistika dan Metode Penelitian. Berbagai tanggapan dan konsultasi secara langsung di blog saya atau melalui e-mail, baik terkait hasil penelitian, tulisan ilmiah, maupun bahan kuliah, telah banyak menambah wawasan keilmuan saya dan juga menambah pemahaman tentang fenomena sosial dan ekonomi di tempat lain. Sebagai gambaran, yang pernah konsultasi tentang metode peneltian maupun teknik menganalisis data lewat e-mail saya tidak hanya mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Ponorogo tetapi juga mahasiswa dari perguruan tinggi lain, khususnya yang akan menyelesaikan tugas akhir. Dengan menyediakan waktu untuk memberikan konsultasi tersebut secara langsung menambah wawasan keilmuan saya dan menambah pemahaman saya tentang fenomena sosial dan ekonomi di daerah lain.

Read More......

LANGKAH MENYUSUN BERKAS SERDOS : DESKRIPSI DIRI 1 (BAGIAN 3)

Langkah selanjutnya setelah data dimasukkan dalam form Curriculum Vitae adalah menyusun Deskripsi Diri. Inti dari Deskripsi Diri adalah menarasikan pengalaman pelaksanaan Tridharma PT yang telah dilaksanakan (berdasarkan data pada Curriculum Vitae). Menyusun Deskripsi Diri ini biasanya merupakan bagian tersulit dalam penyusunan Serdos dan dari beberapa data hasil penilaian Serdos salah satu penyebab tidak lolos sertifikasi karena kurang serius dalam menyusun Deskripsi Diri. Berikut contoh Deskripsi Diri yang penulis susun ketika mengikuti Serdos Tahun 2009 :

A. Pengembangan Kualitas Pembelajaran (usaha dan dampak perubahan).
Jelaskan usaha-usaha Saudara dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran dan bagaimana dampaknya! Berikan contoh nyata yang Saudara alami dalam kehidupan profesional sebagai dosen.
Deskripsi.
Upaya peningkatan kualitas pembelajaran mahasiswa yang telah saya laksanakan dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap awal perkuliahan, tahap pelaksanaan perkuliahan, dan tahap akhir perkuliahan.
Awal Perkuliahan.
Pertemuan awal perkuliahan saya gunakan untuk mengenal dan memahami kondisi mahasiswa, memberikan pemahaman secara global tentang arti penting mata kuliah, dan melakukan kontrak perkuliahan. Mengingat mata kuliah yang saya ampu lebih banyak mengarah pada materi hitungan (misalnya Mata Kuliah Statistika, Ekonometrika, dan Ekonomi Mikro), maka saya harus mampu memetakan kemampuan mahasiswa peserta perkuliahan dalam hal hitung menghitung. Oleh sebab itu, pada saat awal perkuliahan saya selalu berdialog terkait asal daerah, jurusan pada saat di SMU/Sederajat, asal sekolah, dan beberapa pertanyaan yang sedikit banyak dapat memberikan gambaran tentang kemampuan dari masing-masing mahasiswa peserta perkuliahan.

Upaya tersebut saya lakukan, selain untuk memetakan kemampuan mahasiswa peserta perkuliahan, juga agar terjalin hubungan yang tidak kaku dan ada kedekatan dengan para mahasiswa. Pada pertemuan awal juga saya gunakan untuk menjelaskan secara global tentang arti penting mata kuliah, baik menyangkut berbagai materi yang akan dibahas, berbagai literatur atau buku bacaan yang digunakan, keterkaitannya dengan mata kuliah yang lain, dan sampai dengan keterkaitan mata kuliah untuk kebutuhan penulisan skripsi. Sedangkan upaya agar mahasiswa dapat mengikuti perkuliahan secara aktif, maka saya melakukan kontrak perkuliahan, yaitu dengan jalan membuat dan menyepakati bersama tentang aturan perkuliahan (misalnya jam masuk perkuliahan, waktu presensi ditutup, aturan keterlambatan, dan aturan ijin tidak masuk) dan juga aturan penilaian akhir (misalnya besarnya prosentase nilai untuk presensi, tugas kelompok, tugas individu, presentasi, UTS, dan UAS).

Pelaksanaan Perkuliahan.
Saya menyadari bahwa mata kuliah yang materinya banyak hitungan sering kurang diminati oleh mahasiswa dan bahkan menjadi “momok”, sehingga berdampak para mahasiswa menjadi enggan untuk masuk dan mengikuti perkuliahan. Dengan menggunakan kontrak perkuliahan yang telah disepakati bersama telah mampu mendorong mahasiswa untuk masuk dan mengikuti perkuliahan yang saya ampu, walaupun dalam tahap awal hanya sekedar memenuhi presensi saja. Dengan modal awal mahasiswa mau aktif masuk perkuliahan tersebut, dalam penyampaian materi perkuliahan saya telah banyak melakukan improvisasi. Beberapa improvisasi terkait teknik penyampaian materi tersebut adalah : 1) Sekitar tahun 1995 sampai dengan 1997 (tiga tahun awal sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Ponorogo), teknik penyampaian materi perkuliahan yang saya lakukan adalah langsung menerangkan dari pokok bahasan satu ke pokok bahasan lain, dengan dilengkapi berbagai contoh soal. Setelah beberapa pokok bahasan, lalu saya melaksanakan kuiz dan pemberian tugas individu kepada mahasiswa. Hasil dari teknik penyampaian materi tersebut ternyata masih kurang memuaskan, yaitu dilihat dari nilai rata-rata mahasiswa pada akhir perkuliahan dan range nilai mahasiswa (nilai tertinggi dengan nilai terendah) yang cukup jauh; 2) Sekitar tahun 1998 sampai dengan 2001. Hasil diskusi dengan para dosen di Fakultas Ekonomi (pada saat itu saya menjabat sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan) terdapat beberapa masukan terkait pengembangan kualitas pembelajaran, yaitu setiap dosen diharapkan membuat hand out untuk mata kuliah yang diampu dan menekankan pentingnya diskusi kelompok. Mengacu pada berbagai masukan tersebut, untuk setiap materi perkuliahan saya telah menyiapkan hand out dan sebelum materi tersebut dibahas hand out sudah saya serahkan kepada mahasiswa untuk digandakan. Selain itu dalam hand out tersebut juga saya berikan berbagai soal latihan yang dikerjakan di dalam secara kelompok. Dengan menggunakan teknik tersebut, nilai rata-rata pada akhir perkuliahan telah terjadi peningkatan, namun range nilai mahasiswa masih termasuk cukup jauh; 3) Tahun 2002 sampai sekarang. Setelah saya tidak menjabat sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan, saya dipercaya menjabat menjadi Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Aktivitas saya di bidang penelitian, telah mendorong saya untuk mengkaji permasalahan kualitas perkuliahan yang saya ampu. Beberapa informasi dan temuan terkait kondisi mahasiswa dari hasil kajian yang saya lakukan adalah : Pertama, masih banyak mahasiswa yang menempuh mata kuliah yang saya ampu tidak memiliki buku literatur yang telah saya sarankan pada awal perkuliahan dan mereka juga masih masih jarang memanfaatkan perpustakaan (ke perpustakaan jika ada tugas saja); Kedua, jika mendapatkan tugas kelompok, mahasiswa cenderung berkelompok dengan teman dekatnya saja dan tidak mau berubah kelompoknya; Ketiga, di dalam kelas mahasiswa cenderung duduk berjejer dengan teman dekatnya saja dan kurang membaur dengan mahasiswa lain yang bukan teman dekatnya; dan Keempat, ternyata beberapa mahasiswa lebih cepat paham materi perkuliahan jika pada saat santai diterangkan oleh temannya. Berdasarkan informasi dan temuan tersebut, saya merubah teknik penyampaian materi perkuliahan. Saya menyusun buku diktat terkait mata kuliah yang saya ampu dengan berbagai contoh kasus dan soal latihan, dan buku diktat itu wajib dicopi oleh seluruh mahasiswa yang menempuh mata kuliah yang saya ampu (saat ini buku diktat saya yang sudah diterbitkan adalah Buku Statistika Deskriptif dan Statistika Induktif). Dalam menyampaikan materi saya menggunakan media LCD projector supaya menarik dan mahasiswa tidak jenuh. Penyampaian materi dalam setiap tatap muka biasanya tidak sampai 1 jam, terus langsung saya berikan tugas untuk didiskusikan atau dikerjakan secara berkelompok. Untuk pembentukan kelompok mahasiswa teknik yang saya lakukan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu pada tahun-tahun sebelumnya pembentukan kelompok saya serahkan sepenuhnya kepada mahasiswa untuk memilih teman, tapi akhirnya saya ubah dengan jalan mahasiswa saya minta berhitung secara berurutan, misalnya butuh 7 kelompok maka secara berurutan berhitung dari 1 sampai 7 dan kembali ke 1 terus sampai 7 dan seterusnya. Mahasiswa yang menyebutkan angka 1 berkelompok menjadi satu kelompok, mahasiswa yang menyebut angka 2 berkelompok menjadi satu kelompok, dan seterusnya. Dengan teknik tersebut akhirnya mahasiswa dapat membaur dengan mahasiswa lain dan tidak hanya berkelompok dengan teman dekat yang biasa duduk berjejer, serta mahasiswa yang pandai dapat membantu mahasiswa yang kurang pandai. Setelah diskusi kelompok selesai, saya pilih satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi dan mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. Dengan menggunakan teknik tersebut, nilai rata-rata mahasiswa pada akhir perkuliahan terjadi peningkatan yang signifikan dan range antara nilai tertinggi dengan nilai terendah semakin kecil.

Akhir Perkuliahan.
Pada saat menjelang UAS atau pertemuan akhir, meskipun dari pihak Lembaga Penjaminan Mutu Institusi (LPMI) telah memberikan kuesioner evaluasi dosen yang harus diisi oleh mahasiswa, namun saya selalu memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memberikan kritikan dan masukan kepada saya secara tertulis, baik terkait ketepatan waktu kuliah, cara mengajar, penyampaian materi, dan teknik perkuliahan. Kritikan dan masukan tersebut sangat berguna bagi saya untuk pengembangan kualitas perkuliahan. Selain memberikan kesempatan untuk memberikan kritik dan masukan tersebut, saya juga mengumumkan nilai sementara, yaitu nilai presensi, tugas-tugas, UTS, dan presentasi, yang telah dikumpulkan oleh masing-masing mahasiswa berdasarkan kesepakatan yang telah dilakukan pada awal perkuliahan. Sedangkan setelah pelaksanaan UAS, saya memberikan kesempatan kepada mahasiswa, dalam batas waktu tertentu, untuk melihat rincian penilaian untuk mata kuliah yang saya ampu dan jika terjadi kesalahan mereka dapat meminta perbaikan nilai.

Dampak.
Pengembangan kualitas pembelajaran yang saya lakukan mempunyai dampak sebagai berikut : a) Saya menjadi semakin percaya diri dan semakin khitmad dalam menjalankan tugas sebagai seorang dosen. Saya merasa bahagia ketika melihat mahasiswa cukup bersemangat dan antusias mengikuti perkuliahan. Oleh karena itu saya menjadi semakin bersemangat untuk selalu memperbaiki berbagai kekurangan yang ada dalam diri saya; b) Mahasiswa menjadi semakin bersemangat untuk mengikuti perkuliahan yang saya ampu, antara lain dengan indikator adanya keaktifan bertanya oleh mahasiswa, tugas yang saya berikan kepada mahasiswa selalu dikerjakan dan dikumpulkan tepat waktu; keterlibatan aktif dalam kegiatan diskusi kelompok (yang biasanya diam atau tidak berani mengutarakan pendapat menjadi berani sekalipun porsinya masih kecil jika dibandingkan dengan mahasiswa yang sejak awal telah berani mengutarakan pendapatnya), dan secara umum rata-rata nilai mahasiswa di akhir perkuliahan mata kuliah yang saya ampu menjadi meningkat, yaitu rata-rata berpredikat memuaskan, dan range nilai tertinggi dengan terendah semakin kecil; c) Sekalipun belum sempurna, dalam perkuliahan yang saya ampu telah tercipta hubungan yang baik antara dosen dengan mahasiswa maupun antar sesama mahasiswa, relatif terjaganya suasana kondusif di kelas, dan terciptanya hubungan sosio-emosional di kelas.

Read More......

LANGKAH MENYUSUN BERKAS SERDOS : CURRICULUM VITAE (BAGIAN 2)

Setelah data dan berkas sudah siap dan komplit dilanjutkan dengan memasukkan data tersebut ke dalam form Curriculum Vitae yang sudah tersedia di pedomas Sertifikasi Dosen. Contoh Curriculum Vitae yang penulis susun (tahun 2009) adalah sebagai berikut :









Read More......

LANGKAH MENYUSUN BERKAS SERDOS (BAGIAN 1)

Tidak dapat dipungkiri bahwa ketika seorang dosen harus menyusun berkas untuk Setifikasi Dosen (Serdos) banyak mengalami kebingungan. Hal tersebut terjadi karena selain harus menyusun berkas yang dibutuhkan, dosen tersebut juga dituntut untuk mampu menuangkannya secara deskriptif dalam Diskripsi Diri. Kebingungan yang sering terjadi adalah menentukan langkah yang harus didahulukan untuk menyusun berkas Serdos.
Berdasarkan pada pengalaman pada saat menyusun berkas Serdos tahun 2009 (sebagai Dosen di Perguruan Tinggi Swasta), langkah yang dilakukan sebagaimana alur di bawah ini :



Langkah 1.
Panduan Serdos Tahun 2010 dapat didownload pada http://ditnaga.dikti.go.id/ditnaga/index.php.

Langkah 2.
Mengumpulkan berkas yang dibutuhkan, yaitu terdiri dari :
  • Copy SK Dosen Tetap dari Yayasan.
  • Copy SK Jabatan Akademik mulai Asisten Ahli sampai terakhir (dilegalisir oleh Kopertis).
  • Copy Ijasah S-1 dan S-2 (dilegalisir).
  • Data pengalaman mengampu Mata Kuliah sejak menjadi Dosen Tetap sampai sekarang (Nama Mata Kuliah, Jurusan, dan Tahun).
  • Copy Surat Tugas menjadi Dosen Wali sejak menjadi Dosen Tetap sampai sekarang.
  • Copy Surat Tugas menjadi Pembimbing KKL, PKN, KKN atau sebutan yang lain sejak menjadi Dosen Tetap sampai sekarang.
  • Copy Surat Tugas menjadi Pembimbing Skripsi sejak menjadi Dosen Tetap sampai sekarang.
  • Diktat yang pernah dibuat.
  • Copy SK menjabat sebagai Struktural.
  • Berkas Penelitian, Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Ilmiah, Menulis Artikel di Koran, sejak menjadi Dosen Tetap sampai sekarang.
  • Berkas Pengabdian pada Masyarakat sejak menjadi Dosen Tetap sampai sekarang.
  • Copy Sertifikat mengikuti Worshop, Pelatihan, Seminar, Diklat, Penataran dan lain-lain sejak menjadi Dosen Tetap sampai sekarang.
  • Copy SK Kepanitiaan dan Piagam Penghargaan sejak menjadi Dosen Tetap sampai sekarang.

Catatan Penting : khusus untuk pengalaman melaksanakan Tridharma PT pada 2 tahun terkakhir (4 semester terakhir) harus melampirkan bukti-bukti terkait dan harus sesuai dengan pengisian Ekuilivalensi Wajib Mengajar Penuh (EWMP).

Langkah 3.
Seluruh data atau berkas yang sudah dikumpulkan tersebut (sudah dianggap komplit) kemudian dimasukkan pada form Curriculum Vitae yang sudah tersedia dalam Panduan Serdos.

Read More......

PELAKSANAAN FESTIVAL REYOG NASIONAL XVI TAHUN 2009

Responden yang dijadikan subyek penelitian Festival Reyog Nasional (FRN) XVI tahun 2009 ini sebanyak 37 group Reyog dari keseluruhan peserta berjumlah 51 group Reyog (73%) yang berasal dari berbagai daerah termasuk dari luar Jawa. Komposisi 37 group yang dijadikan responden tersebut adalah: 18 group dari wilayah Kabupaten Ponorogo dan 11 group berasal dari luar kota Ponorogo wilayah Jawa, dan 8 group dari luar Jawa, meliputi : 1) Propinsi Jawa Timur 6 group; Trenggalek, Nganjuk, Sidoarjo, Surabaya, Gresik, dan Jember; 2) Propinsi Jawa Tengah 2 group; Wonogiri dan Semarang; 3) Jawa Barat 3 group; DKI Jakarta, Jakarta Timur, dan Banten ; dan 4) Luar Jawa 8 group; Kalimantan Timur (2 group), Kepulauan Riau, Batam, Lampung, Balikpapan, Kutai Kartanegara, dan papua.

PAPARAN DATA
Hasil penggalian data tentang penyelenggaraan Festival Reyog Nasional (FRN) XVI tahun 2009 berikut pembahasan data secara rinci dapat dipaparkan sebagai berikut :
Profil Peserta FRN.
Data yang digali tentang profil group Reyog peserta FRN XVI tahun 2009, meliputi : komposisi anggota group, motif mengikuti FRN, persiapan group mengikuti FRN, dan biaya yang dialokasikan oleh masing-masing group/peserta FRN untuk persiapan mengikuti festival.
Komposisi Anggota Group Reyog. Terdapat perubahan menarik dari aspek komposisi anggota reyog jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya (ketika mengikuti FRN tahun yang lalu), dimana mayoritas group reyog peserta FRN masih mengandalkan anggota dari dalam (tidak mengambil dari sanggar tari tertentu). Group reyog yang anggotanya murni orang dalam ada 14 group (37,83%). Sementara group reyog yang mutlak mengambil personil reyog dari sanggar naik drastis menjadi 6 group reyog (16,22%), sama besar dengan group reyog yang sebagian besar anggotanya mengambil orang sanggar. Sementara group reyog yang anggotanya sebagian kecil dari sanggar sebanyak 10 group reyog (27,02%). Sedangkan yang tidak memberikan jawaban sebanyak 1 group (2,71%).

Motif Mengikuti Festival. Hampir seluruh group reyog menyatakan dengan tegas, bahwa keikutsertakan mereka di dalam FRN XVI ini, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, adalah dengan tujuan utama ikut melestarikan budaya lokal Kabupaten Ponorogo yang sarat dengan nilai dan makna filosofis tentang hidup dan kehidupan (89,18%), dimana posisi ini meningkat drastis dibanding dengan FRN tahun lalu (75%). Group reyog yang mengikuti FRN dengan tujuan utama mendapatkan juara turun menjadi 2 responden (5,41%); 2 responden (5,41%) ingin membangun citra positif Reyog Ponorogo. Sedangkan group reyog yang mengikuti FRN XVI dalam rangka mencari pengalaman tidak ada (0%).
Persiapan Mengikuti Festival. Selanjutnya dalam rangka mempersiapkan diri mengikuti FRN XVI, mayoritas responden, yakni sejumlah 32 group (86,48%) telah memprogram program latihan itu dalam jadwal yang sistematis dan terorganisir. Namun juga ada beberapa group Reyog yang hanya mengandalkan latihan keras menjelang FRN diselenggarakan, yakni sebanyak 4 group (10,81%) dengan mengandalkan kemampuan atau keahlian secara turun-temurun, tanpa adanya pengembangan kreasi lebih jauh. Sementara ada juga sebagian group Reyog yang mensikapi hal sama, tetapi dengan upaya lebih strategis, yakni menyewa pelatih dari sanggar tertentu untuk mempercepat proses pematangan, yakni 1 responden (2,71%).
Biaya Persiapan Festival. Dana yang dihabiskan oleh masing-masing group reyog dalam rangka persiapan mengikuti FRN XVI, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, ternyata cukup besar; ada 5 group reyog (13,52%) yang menghabiskan biaya di atas seratus juta, sama besar dengan group reyog yang menghabiskan dana untuk persiapan sebesar dibawah seratus juta; group reyog yang menghabiskan dana persiapan dibawah empat puluh juta sebanyak 9 group (24,32%); 17 group (45,94%) menghabiskan biaya di bawah lima belas juta; dan sebanyak 1 group reyog (2,70%) abstein.

Kreasi Seni Reyog.
Data tentang kreasi seni yang digali adalah terkait dengan kemungkinan pengembangan kreasi dari pakem seni Reyog yang ada dan juga kemungkinan perubahan kreasi seni reyog yang muncul secara mendadak ketika menjelang pentas.
Peserta FRN yang tetap menjadikan pakem Reyog Ponorogo sebagai sesuatu yang harus ditaati sebanyak 11 responden (29,73%); berpegang pakem tetapi tidak terikat sebanyak 9 responden (24,32%). Group reyog yang tidak terikat dengan pakem dan secara bebas berkreasi, sebagaimana tahun sebelumnya, cukup besar, yakni 15 group reyog (40,54%). Sementara ada 2 responden yang tidak memberikan jawabannya (5,41%).
Group reyog yang merubah kreasi tari secara mendadak menjelang pentas FRN XVI, ternyata cukup besar, yakni 10 group reyog (27,03%). Sebanyak 22 group reyog (59,46%) tidak merubah kreasi tari (cukup yakin dengan kreasi tarinya sendiri dan cukup mengandalkan persiapan yang telah dilakukan). Sementara sisanya sebanyak 5 responden (13,51%) tidak memberikan jawaban.

Pelayanan Panitia FRN.
Data yang digali terkait dengan pelayanan panitia FRN XVI tahun 2009, meliputi; penyampaian informasi tentang pelaksanaan FRN; penyambutan peserta; penyediaan tempat/transit pra-tampil; konsumsi; penginapan; dan tata panggung pentas FRN XVI, dimana semua jenis pelayanan tersebut diduga sangat berpengaruh terhadap pembangunan citra penyelenggaraan FRN XVI khususnya dan citra positif pemerintah Kabupaten Ponorogo pada umumnya.
Media Informasi Festival. Berdasarkan paparan data di atas, nampak jelas bahwa mayoritas peserta FRN XVI tahun 2009 sebanyak 34 group (91,89%) memperoleh informasi tentang penyelenggaraan FRN melalui surat undangan dari panitia. Group reyog yang memperoleh informasi FRN melalui media massa sudah tidak ada lagi satupun group reyog yang menyatakan (0%). Sebesar 1 group reyog (2,70%) menyatakan memperoleh informasi dari teman group reyog yang lain. Sementara sebanyak 2 group reyog (5,41%) tidak memberikan jawaban.
Penyambutan Peserta FRN. Penyambutan panitia terhadap para peserta FRN XVI secara umum cukup baik, terbukti sebagian besar group reyog, yakni sebanyak 28 group reyog (75,67%) menyatakan ramah dan menyenangkan. Hanya 2 group reyog (5,41%) menyatakan kurang ramah dan kurang menyenangkan; sebanyak 7 group reyog (18,92%) menyatakan biasa-biasa saja.
Transit yang Disediakan Panitia. Tanggapan peserta FRN XVI tahun 2009 terkait dengan tempat penyambutan atau transit yang disediakan oleh panitia menjelang pentas FRN XVI, cukup baik. Separuh lebih responden yang menyatakan sangat nyaman, yakni sebanyak 20 group reyog (54,05%). Namun demikian nampaknya juga cukup besar jumlah group yang menyatakan biasa-biasa saja, yakni sebesar 10 group reyog (27,03%). Sementara mereka yang menyatakan kurang nyaman sebanyak 4 group reyog (10,81%); menyatakan tidak nyaman sebanyak 1 group reyog (2,70%); dan sisanya sebanyak 2 group reyog (5,41%) tidak memberikan jawaban (abstein).
Konsumsi Peserta. Responden yang menyatakan enak dan pantas terkait dengan konsumsi yang disediakan oleh panitia seimbang jumlahnya dengan responden yang menyatakan biasa-biasa saja, yakni sebanyak 13 responden (39,39%). Sedangkan sisanya sebanyak 7 responden (21,22%) tidak memberikan jawaban.
Penginapan. Sekalipun panitia FRN XVI ini, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, tidak menyiapkan penginapan khusus bagi para peserta FRN, paling tidak data ini bisa dimanfaatkan oleh para pengusaha penginapan di kabupaten Ponorogo dalam merespon pernyataan responden tentang jasa penginapan yang selama ini mereka berikan. Kalau pada tahun lalu pelayanan di bidang penginapan ini sempat menurun, yakni dengan bukti adanya pernyataan group reyog pemanfaat jasa penginapan; FRN XV tahun 2008 menurun menjadi 42,43% dari tahun sebelumnya – FRN XIV tahun 2007 yang telah mencapai angka 47,62%, maka pada FRN XVI tahun 2009 ini bisa dikatakan cukup baik karena adanya peningkatan cukup signifikan, yakni sebesar 48,65% (posisi ini bahkan melebihi angka capaian pada FRN XIV tahun 2007). Sementara yang menyatakan kurang bersih dan nyaman sebanyak 1 group reyog (2,70%). Responden yang memberikan jawaban biasa-biasa saja sebanyak 4 group reyog (10,81%). Sementara responden yang tidak memberikan jawaban cukup besar (bahkan di atas angka hasil penelitian tahun 2008, yakni sebanya 13 responden (35,14%).
Tata Panggung. Dalam hal tata panggung, secara umum peserta FRN cukup puas terbukti dengan adanya jawaban dari mayoritas group reyog yang menyatakan tata panggung bagus dan layak untuk festival level nasional, yakni sebanyak 30 group reyog (81,09%). Sedangkan group reyog yang menyatakan kurang bagus dan belum layak untuk festival level nasional sebanyak 4 group reyog (10,81%). Hanya sebanyak 1 group reyog (2,70%) menyatakan kurang bagus dan kurang layak, sama besar jumlahnya dengan peserta yang menyatakan biasa-biasa saja dan peserta yang tidak menyatakan pendapatnya (abstein).

Tim Penilai dan Hasil Penilaian.
Data yang digali tentang penilaian FRN menyangkut tiga hal penting, yakni; penilaian Dewan Juri, dasar yang dijadikan penilaian, dan kualifikasi Dewan Juri.
Hasil Penilaian Dewan Juri. Responden yang menyatakan bahwa penilaian Dewan Juri adil sesuai dengan kualitas tampilan masing-masing group reyog sebanyak 24 group reyog (64,86%). Responden yang menyatakan bahwa di dalam penilaian FRN XVI ini terjadi kejanggalan/kurang adil sebanyak 2 group reyog (5,41%). Sedangkan tidak satupun responden yang menyatakan tidak adil. Sementara responden yang tidak memberikan jawabannya cukup besar, yakni 11 group reyog (29,73%).
Dasar yang dijadikan Penilaian Dewan Juri. Sebanyak 23 responden (62,16%) menyatakan penilaian dewan juri FRN XVI ini didasarkan pada buku pedoman secara mutlak. Sebanyak 5 responden (13,52%) menyatakan bahwa penilaian dewan juri didasarkan pada buku pedoman penilaian festival reyog tetapi bersifat kondisional atau tidak mutlak. Sementara responden yang menyatakan penilaian dewan juri tidak didasarkan pada pedoman penilaian festival reyog sebanyak 2 group reyog (5,41%). Sisanya menempati posisi sama besarnya dengan tahun sebelumnya (2008), yakni sejumlah 7 group reyog (18,91%).
Kualifikasi Dewan Juri. Pada FRN XVI ini, responden yang menyatakan bahwa kualifikasi dewan juri memenuhi kriteria (layak) sebanyak 27 group reyog (72,97%); sebanyak 3 group reyog (8,10%) menyatakan tidak layak; dan sebanyak 2 group reyog (5,41%) menyatakan kurang layak. Sedangkan sisanya, yakni sebanyak 5 group reyog (13,52%) tidak memberikan jawaban atau abstein.

Jadwal FRN.
Jadwal pentas yang digali dalam penelitian ini adalah menyangkut waktu pelaksanaan sekaligus waktu yang disediakan untuk pentas masing-masing group reyog di panggung pentas. Berkaitan dengan jadwal FRN, hampir seluruh responden menyatakan tidak ada masalah dengan jadwal yang telah disusun oleh panitia FRN, yakni sebanyak 28 group reyog (75,67%). Group reyog yang menyatakan perlu perubahan turun menjadi 5 group reyog atau 13,52% (tahun 2008 sebanyak 9 group reyog atau 27,27%). Sisanya sebanyak 4 group reyog (10,81%) tidak memberikan jawaban (posisi sama besar dengan hasil penelitian FRN XV tahun 2008).

Penghargaan.
Data yang digali terkait dengan penghargaan terutama terkait dengan uang pembinaan yang diterimakan kepada masing-masing pemenang. Selama ini jika mempertimbangkan nominal rupiah uang pembinaan dibandingkan dengan dana yang dikeluarkan oleh masing-masing pemenang dalam rangka mempersiapkan diri mengikuti FRN ini mungkin tidak akan pernah impas. Karena itu, dengan mendasarkan pada motivasi kuat para peserta untuk mengikuti FRN setiap tahun, maka diduga ada faktor lain (non-material) yang menjadi pemicu para group reyog senantiasa aktif menjadi peserta FRN, termasuk FRN XVI tahun 2009 ini.
Hampir separuh dari group reyog yang dijadikan responden di dalam penelitian ini, yakni sebanyak 18 group reyog (48,65%) menyatakan bahwa hadiah yang diberikan bagi para penyaji terbaik sudah pantas atau layak. Responden yang menyatakan kurang layak sebanyak 7 group reyog (18,92%). Group reyog yang menyatakan tidak layak sama sekali sebanyak 3 group reyog (8,10%). Sementara sebanyak 5 group reyog (13,52%) menyatakan biasa-biasa saja; dan sisanya sejumlah 4 group reyog (10,81%) tidak memberikan jawaban atau abstain.

Seremonial Pembukaan dan Penutupan.
Data yang digali terkait dengan seremonial pembukaan dan penutupan terutama terkait dengan kemeriahan dan kemenarikan, serta kekhidmatan acara ini, sehingga karenanya dimungkinkan menjadi pengikat kuat bagi masyarakat luas untuk selalu antusias menyaksikan acara seremonial FRN XVI tahun ini, dan otomatis akan berkonsekuensi ketertarikan masyarakat terhadap keseluruhan acara festival.
Upacara Pembukaan FRN. Dari sejumlah 37 responden yang dijadikan penelitian ini, mayoritas peserta FRN XVI tahun 2009 ini menyatakan bahwa seremonial pembukaan FRN XVI tahun 2009 meriah dan memukau. Group reyog yang meyatakan kurang meriah dan kurang memukau sebanyak 2 group reyog (5,41%); Tidak satupun Group reyog yang menyatakan kurang meriah dan bahkan tidak meriah. Group reyog yang menyatakan biasa-biasa saja sebanyak 5 group reyog (13,51%). Dan sisanya, yakni sejumlah 4 group reyog (10,81) tidak memberikan jawaban.
Upacara Penutupan FRN. Berkaitan dengan upacara penutupan FRN XVI tahun 2009 ini, hampir separuh group reyog, yakni 18 peserta (48,64%) menyatakan bahwa seremonial penutupan FRN sangat berkesan, sebanyak 2 goup reyog (5,41%) menyatakan kurang berkesan. Sementara group reyog yang menyatakan biasa-biasa saja sebanyak 4 group reyog (10,14%). Sedangkan group reyog yang tidak memberikan jawaban (abstein) cukup besar, yakni 13 group reyog (35,14%). Dimungkinkan responden yang menyatakan kurang tertarik atau terkesan dengan seremonial pembukaan dan penutupan ini, berkaitan dengan banyak faktor, baik faktor teknis maupun non-teknis. Faktor teknis, misalnya, terjadinya kemacetan dalam pesta kembang api, tata panggung yang kurang menarik, dan sebagainya. Sementara, faktor non-teknis, misalnya, terjadi turun hujan persis pada jadwal seremonial tersebut digelar.

Apresiasi Stand Souvenir Reyog (Khusus Peserta Luar Kota Ponorogo).
Data yang digali terkait dengan stand sovenir reyog meliputi; daya tarik stand dan souvevir reyog yang paling disukai oleh para peserta festival, hingga memutuskan untuk membelinya sebagai oleh-oleh atau kenang-kenangan. Responden yang dijadikan subyek penelitian adalah khusus group reyog dari luar kota Ponorogo, baik di wilayah Pulau Jawa maupun di luar Jawa. Jumlah responden keseluruhan adalah 19 responden (group reyog).
Daya tarik stand souvenir reyog yang di gelar di sekitar panggung pentas FRN XVI tahun 2009 ini cukup bagus, dengan bukti jawaban responden yang menyatakan tertarik, sering berkunjung, dan bahkan membeli souvenir reyog sebagai kenang-kenangan atau oleh-oleh, yakni sebesar 13 group reyog (68,42%). Sementara ada 4 group reyog (21,05%) yang menyatakan stand souvenir reyog biasa-biasa saja. Sisanya sebanyak 2 group reyog (10,53%) tidak memberikan jawaban (abstein).
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, daya beli masyarakat terhadap souvenir reyog sangat baik, dimana dibuktikan dalam penelitian ini, bahwa hampir semua responden membeli souvenir reyog untuk berbagai kepentingan, terutama untuk kenang-kenangan; sebanyak 4 responden (21,05%) membeli miniatur dadak merak; sebanyak peminat pujangganong. Peminat kaos dan perangkat gamelan reyog berjumlah sama, yakni sebanyak 2 responden (10,53%). Sementara peminat properti tari sebanyak 3 responden (15,79%). Dan sisanya sebanyak 4 responden tidak memberikan jawaban atau abstein.

PEMBAHASAN
Berdasarkan paparan data berikut analisis data dan pembahasan, serta beberapa catatan saran atau usulan tertulis dari responden, ditemukan pokok-pokok persoalan terkait dengan penyelenggaraan Festival Reyog Nasional (FRN) XVI tahun 2009, sebagai berikut :
Desain Tata Panggung.
Mayoritas responden menyatakan bahwa tata panggung FRN XVI tahun 2009 layak dan pantas untuk pentas Reyog setingkat nasional. Hal ini bisa digarisbawahi sekaligus sebagai dasar untuk pengembangan penyelenggaran FRN di tahun-tahun berikutnya. Konteks waktu dan kondisi aktual yang mengiringi event FRN, nampaknya butuh pencermatan yang jeli, agar dinamika FRN, terutama dari aspek tata panggung ini bisa bertahan dalam posisi layak dan menarik.
Ada satu usulan dari satu group reyog tentang kemungkinan tempat (sasana) penonton dikasih terop (atap non permanen). Usulan ini memang terkesan mengada-ada (terutama apabila dikaitkan dengan anggaran yang diperlukan untuk menutup kursi penonton dengan atap non-permanen atau terop). Tetapi apabila mempertimbangkan kekhidmatan dan ketenangan penonton selama mengikuti keseluruhan pentas, maka usulan tersebut menjadi sebuah masukan yang layak dipertimbangkan, mengingat kenyataan selama ini, bahwa kondisi panas matahari dan terutama kondisi hujan jelas berdampak tidak nyaman bagi peminat dan penikmat pentas FRN, bahkan tidak jarang ketika hujan terlalu lebat, penonton terpaksa memilih bubar (pulang) alias tidak bisa melanjutkan keinginan untuk menikmati dan mencermati pentas FRN.

Pembatasan Peserta FRN dari Luar Kota Ponorogo.
Apabila pada tahun 2007 (penyelenggaraan FRN XIV) ada usulan agar peserta dari luar kota Ponorogo ditambah jumlahnya agar pentas FRN semakin meriah dan bisa lebih memungkinkan diikuti oleh seluruh penjuru Nusantara ini, maka justru ketika peserta benar-benar terjadi penambahan (FRN XV tahun 2008), ternyata persoalan yang muncul kemudian adalah masalah pengaturan jadwal pentas. Dengan peserta 50 group reyog dengan jumlah hari pelaksanaan yang sama, maka berkonsekuensi rumitnya mengatur jadwal pentas. Akibatnya waktu pentas masing-masing group harus berkurang dan otomatis berpengaruh terhadap kenyamanan pentas. Sedangkan di FRN XVI tahun 2009 ini, dengan peserta 51 group reyog dengan jadwal pelaksanaan yang juga masih menyisakan persoalan (rumitnya mengatur jadwal), ternyata masih juga ada usulan agar peserta dari luar kota Ponorogo, terutama dari luar pulau Jawa tetap ditambah.
Berdasar kenyataan tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa keinginan para peserta untuk tetap komitmen membawa seni adiluhung ini menjadi seni yang ikut dimiliki (dicintai) oleh tidak saja masyarakat Ponorogo, tetapi masyarakat bangsa dan negara Indonesia cukuplah kuat. Dan lebih jauh kenyataan ini jelas menjadi suatu hal yang cukup membanggakan dan bisa dibanggakan. Karena itu, pekerjaan rumah bagi masyarakat Ponorogo melalui Pemerintah Daerah Ponorogo untuk tidak berhenti berpikir dan berproses agar keinginan tersebut bisa diwujudkan, sekalipun sifatnya secara bertahap (karena memang membutuhkan biaya yang semakin besar).

Penambahan Dan Pengaturan Hari Pentas.
Konsekuensi usulan point 4.2 di atas, mau tidak mau harus menambah hari pentas, manakala peserta FRN tahun yang akan datang berjumlah sama atau bahkan lebih besar. Keluhan sebagian peserta FRN XVI tahun 2009 ini bahwa durasi pentas terlalu pendek, sehingga tidak bisa dengan cukup leluasa mementaskan bagian per bagian pentas reyog secara khidmat. Di lapangan, penambahan dan pengaturan waktu (hari) pentas FRN memang tidak gambang. Banyak faktor dan persoalan kompleks yang mengiringinya (tenaga, dan terutama biaya).

Transparansi Penilaian dan Kemungkinan Kalangan Akademisi Menjadi Dewan Juri.
Sebagaimana FRN sebelumnya (FRN XV tahun 2008), hampir seluruh peserta FRN XVI tahun 2009 juga menyatakan bahwa kualisikasi dan penilaian dewan juri cukup fair dan obyektif. Namun demikian, tidak ada salahnya jika tetap memperhatikan kemungkinan upaya peningkatan aspek penilaian, dengan salah satunya memperhatikan usulan peserta FRN, terutama terkait dengan transparansi penilaian. Ada usulan menarik agar penilaian yang sudah berupa angka-angka bisa ditampilkan di layar monitar sesaat setelah group reyog usai menampilkan pentasnya. Satu sisi hal ini dimaksudkan agar peserta mengetahui secara langsung hasil/kualitas pentas yang sudah dilakukannya, pada sisi yang lain masing-masing peserta FRN bisa membandingkan secara langsung pentas yang dilakukan oleh masing-masing peserta.
Jikalau transparansi yang diusulkan di atas bisa dipenuhi, maka nilai keadilan dan kejujuran Dewan Juri akan bisa terpantau langsung oleh masyarakat. Namun demikian, usulan tersebut dimungkinkan juga sulit dipenuhi, mengingat ada hal-hal spesifik (yang tersebar di indikator berikut diskriptor penilaian) yang harus dikomunikasikan antar Dewan Juri agar tidak mengalami kesenjangan dan “kesalahpahaman”. Berpijak dari aspek ini, bisa jadi menjadi alternatif untuk memenuhi keinginan publik, yakni dengan menyampaikan indikator berikut diskriptor umum penilaian di awal acara FRN (selepas pembukaan).
Disamping hal tersebut di atas, usulan yang cukup menarik juga adalah bahwa ada group reyog yang menghendaki tim dewan juri diambil dari kalangan akademisi. Argumentasi usulan ini memang tidak dipaparkan oleh pengusul, hanya kemungkinan latar usulannya adalah; (1) agar tidak monoton dan terjadi perbedaan nuansa; (2) bisa lebih obyektif. Dugaan latar argumentasi ini dikaitkan dengan jawaban angket pada item-item sebelumnya yang lebih mengarah pada hal tersebut. Permasalahannya mungkin akan terbentur pada persoalan pemahaman dan penguasaan masalah seni dan budaya reyog Ponorogo yang masih sangat jarang kalangan akademisi yang menguasainya. Karena itu apabila usulan tersebut bisa disikapi oleh pihak penyelenggara FRN pada tahun-tahun yang akan datang, maka kalangan akademisi yang ditunjuk harus memenuhi kriteria kualifikasi dan kompetensi tersebut. Kemudian terkait dengan jumlah kalangan akademisi yang dilibatkan dalam jajaran dewan juri selayaknya tidak untuk menempati seluruh aspek penilaian yang ada, melainkan hanya sebagian saja, sehingga kemungkinan saling melengkapi antara dewan juri dari kalangan akademisi dengan dewan juri dari kalangan seniman dan budayawan akan menghasilkan penilaian yang lebih adil dan obyektif.

Penyediaan Fasilitas Penginapan Khusus.
Usulan ini sama dengan usulan FRN sebelumnya, dimana para peserta terutama dari luar kota Ponorogo menginginkan agar tempat transit lebih dekat dengan panggung pentas. Disamping untuk memberikan kemudahan kepada para peserta FRN dari luar kota, terutama untuk menghindari kemacetan saat menjelang pentas (disebabkan jalan utama belakang panggung padat oleh kendaraan pengunjung), kehadiran peserta FRN ke Ponorogo, dengan tujuan utama mengikuti festival, sebenarnya bisa diformat menjadi sebuah penciptaan hubungan yang lebih erat antar masing-masing peserta dengan misalnya menyiapkan penginapan terpadu. Di area penginapan ini lebih jauh bisa dipasarkan produk-produk asli daerah Ponorogo yang dimungkinkan bernilai kenangan bagi mereka, sehingga menimbulkan daya tarik untuk membeli produk-produk tersebut. Saran peserta terkait dengan penyediaan fasilitas penginapan barangkali bisa dikembangkan dengan pensikapan sebagaimana diterangkan. Bisa jadi, peserta yang memberikan masukan adanya penginapan gratis (misalnya dengan memanfaatkan ruang-ruang milik pemerintah Kabupaten Ponorogo, yang mungkin difungsikan sebagai penginapan darurat), akan memberikan jawaban yang menggembirakan bagi peserta dari luar Ponorogo, sekaligus akan menjadi daya pikat peserta lain dari luar Ponorogo untuk menjadi peserta baru bagi festival bergengsi ini.
Dengan demikian penyediakan penginapan ini akan melahirkan berbagai kemanfaatan; (1) bagi para peserta akan menguatkan tali silaturrahmi sehingga terjalin hubungan emosional yang erat; (2) bagi masyarakat Ponorogo pemilik produk yang dipasarkan (souvenir reyog Ponorogo berikut produk khas Ponorogo) akan meningkatkan taraf ekonomi mereka, sekaligus membuka peluang pasar yang lebih luas; (3) bagi Pemerintah Kabupaten Ponorogo menjadi wahana untuk lebih bisa memperkenalkan kota Reyog ini sekaligus berbagai kekayaan dan kebanggaan Daerah dalam rangka menguatkan pesona wisata kota Reyog Ponorogo.

Pengaturan Stand Souvenir Reyog Ponorogo.
Besarnya animo peserta FRN XVI, terutama dari luar kota Ponorogo terhadap produk souvenir Reyog Ponorogo, sangat potensial menjadi pilar percepatan aktifitas perekonomian masyarakat Ponorogo, terutama para pengrajin souvenir berikut para pemilik stand souvenir dimaksud. Lebih jauh, sudah barang tentu akan berdampak pada peningkatan devisa Daerah Ponorogo.
Peluang inilah yang harus segera ditangkap oleh Pemkab Ponorogo, berangkat dari usulan para peserta FRN yang secara langsung merasakan kemanfaatan stand tersebut, dengan menata beberapa hal; (1) Stand yang sudah ada ditata lebih tertib dengan tampilan yang lebih menarik; (2) Lokasi stand diupayakan terpisah dari hiruk pikuk pasar malam, sehingga pengunjung lebih bisa menikmatinya dengan lebih tenang dan leluasa; (3) Berangkat dari usulan point 4.4. stand bisa didesain di lokasi penginapan khusus dengan asumsi bahwa penginapan khusus tersebut berada di areal yang memiliki ruang atau halaman yang representative; (4) kualitas dan variasi produk yang dipasarkan, terutama souvenir reyog perlu ditingkatkan.
Beberapa responden yang tidak memberikan tanggapan, bisa dimungkinkan melihat sisi lain dari souvenir reyog yang dijual, misalnya karena harga yang dipatok cukup mahal. Karena itu, standardisasi harga souvenir mungkin bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi para pemilik stand, agar daya jual di masa-masa berikutnya akan lebih besar.

Pembuatan Rambu-Rambu Kreasi Seni Reyog.
Sebagaimana seni budaya pada umumnya, seni Reyog Ponorogo pada akhirnya memang membutuhkan sentuhan-sentuhan pengembangan kreasi seni dalam rangka menguatkan aspek estetisnya. Berbagai masukan tentang pengembangan kreasi seni ini (bahkan telah banyak dipraktikkan oleh banyak group Reyog pada saat festival) memang sah-sah saja. Namun juga perlu diingat bahwa seni ini lahir, besar, dan berkembang di kota Ponorogo (dimana memiliki konteks budaya sendiri yang unik), sehingga apapun yang terkait dengannya, termasuk pengembangan kreasi seni tidak boleh lepas dari bayang-bayang karakter para tokoh yang ditampilkan di dalam seni Reyog.
Memegangi pakem secara tekstual memang akan mengakibatkan seni Reyog menjadi “statis” dan “monoton”, dimana dimungkinkan akan berpengaruh pada kurangnya apresiasi masyarakat terhadapnya, karena bagaimanapun mobilitas hidup masyarakat yang semakin meningkat hari demi hari juga akan berpengaruh terhadap cara mereka mengapresiasi sebuah seni budaya, termasuk Reyog itu sendiri. Karena itu, pensikapan para seniman Reyog (konco reyog) akan realitas atau konteks jaman yang melingkupi seni Reyog ini, senantiasa diperlukan dalam rangka kemungkinan pengembangan kreasi seni Reyog, sekaligus mengawal berbagai kreasi seni Reyog yang dipentaskan oleh konco reyog di luar Daerah Ponorogo, agar tidak “menyimpang” dari semangat wong Ponorogo yang memiliki ciri-ciri karakter berikut; berani (kendel), jujur, sakti, lantip, wicaksono, sumarah marang Gusti Kang Murbeng Jagad.
Karakter asli masyarakat Ponorogo dengan ciri-ciri memiliki kepribadian yang khas dan unik sebagaimana dipaparkan di atas, yang kemudian melahirkan istilah “Warok Ponorogo” inilah yang perlu dirumuskan oleh panitia sebagai dasar pengembangan kreasi seni Reyog Ponorogo, dimana harus dirujuk oleh seluruh peserta FRN dalam kemasan pentasnya.

Pembinaan Berkala.
Secara khusus beberapa group Reyog wakil dari beberapa Pembantu Bupati di wilayah Kabupaten Ponorogo, sebagaimana usulan tahun yang lalu, mengharapkan adanya pembinaan seni Reyog yang difasilitasi oleh pihak Pemerintah Daerah, secara intens dan serius, baik dari aspek pengembangan kreasi seni tarinya maupun dari aspek dana pemeliharaan perangkat Reyog, terutama dadak meraknya. Harapan ini muncul nampaknya dipicu oleh keinginan mempertahankan warisan adiluhung ini, dimana sentuhan-sentuhan kreasi yang memang dibutuhkan muncul dan dilakukan dalam rangka mempertahankan eksistensi kesenian ini di tengah-tengah perhelatan seni modern, tidak salah arah (menyimpang dari karakter tokoh-tokoh yang dimunculkannya). Pembinaan berkala ini lebih jauh bisa dipakai sebagai wahana menyamakan visi-misi dan persepsi antar group Reyog yang ada di Kabupaten Ponorogo dalam hal seni reyog Ponorogo.
Beberapa keuntungan yang akan dipetik dari pembinaan berkala ini, diantaranya; (1) akan mempererat hubungan antara pemerintah lewat Yayasan Reyog dengan para konco reyog dan hubungan antar konco reyog itu sendiri; (2) sebagai wahana sosialisasi yang cukup strategis dan taktis tentang hal-hal yang terkait dengan Reyog; (3) sebagai wahana menjembatani berbagai kemungkinan beda pandang atau perspektif tentang pengembangan kreasi seni Reyog; dan (4) akan memperkuat rasa memiliki seni Reyog Ponorogo, sehingga kemungkinan pencaplokan seni adiluhung, seperti pernah terjadi beberapa waktu yang lalu, yakni ketika Reyog Ponorogo diklaim oleh Malaysia, bisa sedini mungkin diantisipasi langkah-langkah solusinya secara bersama-sama.

Parkir Khusus Peserta FRN.
Saran penyiapan tempat parkir khusus bagi peserta FRN XVI, nampaknya terkait dengan pelayanan panitia FRN khususnya dibidang penyambutan peserta. Sekalipun terlihat sederhana, penyiapan masalah ini akan berdampak sangat besar bagi pencitraan kesan baik para peserta FRN. Saran ini juga sangat erat terkait dengan misi besar yang diemban oleh seluruh peserta, yakni melestarikan budaya kebanggaan kota Reyog Ponorogo. Terlepas dari motif-motif di luar pelestarian budaya, yang jelas keikutsertaan para kontestan sangatlah berarti bagi survivalitas seni Reyog Ponorogo, di tengah-tengah seni budaya lain yang bermunculan. Parkir khusus dan gratis bisa jadi menjadi satu diantara cara memberikan penghargaan dan penghormatan kepada para pelestari budaya adiluhung ini.
Disamping persoalan parkir sebagaimana dipaparkan diatas, tempat parkir bagi peserta FRN juga harus dipilih di lokasi yang paling dekat dengan panggung pentas. Hal ini agar disamping berorientasi pada keamanan kendaraan peserta, juga agar memudahkan peserta memenuhi kebutuhan mereka yang terkait langsung dengan kendaraan/transportasi pentas.

Pelibatan Group Reyog dari Kabupaten Ponorogo Pada Acara Seremonial Pembukan FRN.
Jikalau pada tahun yang lalu (FRN XV) para peserta menghendaki agar agar pembukaan FRN dilakukan oleh Pejabat Negara; misalnya Presiden Republik Indonesia, atau paling tidak oleh Menteri Negara RI yang terkait atau setidaknya pejabat sekelas menteri, atau minimal oleh Gubernur Jawa Timur.
Usulan ini nampaknya memang cukup strategis mengingat FRN ini sudah dikenal oleh tidak saja tingkat nasional, tetapi juga internasional. Kehadiran pejabat negara, sudah barang tentu disamping akan menjadi kekuatan moral bagi pelestarian seni Reyog Ponorogo itu sendiri, pada sisi lain akan memberikan kemanfaatan yang cukup banyak bagi semangat kesatuan dan persatuan semua komponen masyarakat, terutama yang hadir dan secara aktif terlibat di dalam FRN, yang memang berasal dari seluruh penjuru negeri Nusantara ini.
Pada FRN XVI tahun 2009 ini ada usulan menarik dari group reyog peserta FRN asal Ponorogo agar group-group Reyog Ponorogo dilibatkan secara aktif di dalam acara seremonial pembukaan maupun penutupan FRN. Alasannya, agar disamping group-group Reyog asli Ponorogo tersebut memperoleh peluang untuk bisa menampilkan seni Reyog Ponorogo dengan karakter asli Ponorogo di hadapan seluruh peserta FRN maupun publik, juga agar group-group asli lokal tersebut ikut memiliki event bergengsi ini.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Secara umum penyelenggaraan FRN XVI tahun 2009 berjalan dengan baik, tertib, dan lancar, baik terkait dengan persiapan, proses pelaksanaan, maupun hasil akhir FRN. Beberapa kekurangan/kendala menyebar di beberapa aspek teknis, meliputi; sasana penonton sering terkendala oleh cuaca (panas dan hujan), belum adanya pedoman penilaian yang representatif berdasar pesan-pesan substantif seni Reyog Ponorogo sesuai karakter masyarakat Ponorogo, keterbatasan tempat transit peserta (terutama penyediaan kursi berikut penyambutan peserta FRN), serta keterbatasan pengaturan lalu lintas kendaraan dan pengunjung yang sering berjubel di jalan raya belakang panggung pentas, dimana karena jalan tersebut merupakan jalur utama peserta menuju panggung pentas, maka berakibat ketidaklancaran dan ketidaknyamanan peserta.
Terlepas dari kekurangan yang ada itu, penyelenggaraan FRN XVI tahun 2009 ini mengindikasikan masih kuatnya apresiasi masyarakat terhadap FRN, baik dari aspek peserta maupun masyarakat penonton. Peningkatan jumlah peserta yang begitu drastis, yakni 51 peserta berikut penolakan panitia terhadap peserta yang mendaftar di atas angka 51, menjadi bukti yang cukup kuat bahwa dari waktu ke waktu seni Reyog Ponorogo semakin diapresiasi oleh berbagai pihak dalam skala lokal maupun nasional. Karena itu ada dua persoalan penting yang perlu menjadi catatan penyelenggara FRN ke depan : 1) Peningkatan kualitas penyelengaraan berikut pengembangan FRN; 2) Kemungkinan pengembangan sekaligus penguatan pesona wisata melalui event FRN ini menjadi sangat strategis.
Stand souvenir produk asli Daerah Ponorogo, terutama terkait dengan souvenir Reyog Ponorogo perlu pengkajian secara intensif dan terjadwal, mengingat animo masyarakat berkunjung sekaligus membeli produk dimaksud (terutama para pengunjung dari luar kota Ponorogo dan peserta luar Jawa) yang begitu tinggi. Penyediaan stand khusus yang terpisah dengan areal pasar malam adalah salah satu jawaban untuk meningkatkan kualitas, disamping peningkatan mutu produk yang dipasarkan.
Beberapa kekurangan yang ada dan terjadi dalam event FRN XVI tahun 2009 sangatlah wajar, jika mempertimbangkan lingkup festival setingkat nasional. Berdasarkan keunggulan yang ditemui berikut kekurangan yang ada, juga didorong oleh semangat memajukan kota Reyog ini semakin menemui keunggulan di masa depan, maka melalui hasil penelitian ini direkomendasikan hal-hal berikut: a) Kepada Pemerintah Daerah Ponorogo agar terus mengkaji dan mengevaluasi pelaksanaan FRN ini secara terus-menerus (dari tahun ke tahun), agar kekurangan-kekurangan yang ada bisa segera diperbaiki, sementara aspek-aspek yang sudah baik dan unggul, bisa dilakukan peningkatan yang lebih signifikan dan bermakna; b) Kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo agar disamping juga melakukan monitoring dan evaluasi secara terus-menerus sebagaimana dipaparkan di atas (melalui sharing dengan berbagai pihak; Pemerintah Daerah, Kalangan Akademisi, Seniman-Budayawan Ponorogo, group-group Reyog di wilayah Kabupaten Ponorogo, tokoh masyarakat, dan seterusnya). Hasil monev akan menjadi pijakan yang lebih kuat untuk penyelenggaraan FRN di tahun-tahun berikutnya; dan c) Kepada Para Pemilik Stand Souvenir Reyog Ponorogo agar bersama-sama dengan Pemerintah Daerah menata ulang stand yang selama ini dibuka, baik menyangkut peningkatan kualitas produk maupun peningkatan kualitas dan kuantitas stand, agar aktifitas ekonomis yang selama ini mereka lakukan akan melahirkan kemanfaatan yang semakin baik, mampu menyumbang devisa daerah, dan yang lebih penting mampu meningkatkan taraf hidup para pemilik stand.

Penelitian ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Ponorogo c/q Panitia Grebeg Suro Tahun 2009 dengan FISIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo)

Read More......

DAMPAK PERAYAAN GREBEG SURO TAHUN 2009 TERHADAP PENINGKATAN KONDISI SOSIO-EKONOMI MASYARAKAT PONOROGO

LATAR BELAKANG

Perayaan Grebeg Suro merupakan sebuah agenda rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan selalu mendapatkan perhatian serta ditunggu-tunggu baik masyarakat Ponorogo (berdomisili di kota Ponorogo maupun di kota-kota lain) maupun berbagai masyarakat dari kota-kota lainnya, termasuk para turis dari manca negara. Melihat fenomena tersebut, Pemerintah Kabupaten Ponorogo telah merespon dengan baik dengan menyusun berbagai agenda kegiatan yang mampu mewarnai kemeriahan Perayaan Grebeg Suro tersebut.
Berbagai acara atau lomba yang digelar dalam Perayaan Grebeg Suro, mulai berbagai acara atau lomba sebelum acara Pembukaan Grebeg Suro, Malam Pembukaan Grebeg Suro, Festival Reyog Nasional, Pusat Keramaian di Aloon-Aloon Ponorogo, Kirap Pusaka, Malam Penutupan Grebeg Suro, Larung Risallah, dan berbagai acara lainnya, ternyata telah mampu menarik penonton atau pengunjung yang sangat besar. Pusat Keramaian di Aloon-Aloon Ponorogo, mulai dari sebelum tanggal pembukaan sampai dengan penutupan acara Perayaaan Grebeg Suro, dan bahkan beberapa hari setelah acara penutupan, tidak pernah sepi dari pengunjung dan pembeli. Fenomena tersebut telah banyak ditangkap oleh para pelaku bisnis, sehingga setiap acara Perayaan Grebeg Suro banyak berdatangan pelaku bisnis, baik dari dalam maupun luar kota Ponorogo, untuk membuka usaha di Aloon-Aloon Ponorogo. Selain usaha tersebut, acara Festifal Reyog Nasional, Kirap Pusaka, Larung Risallah, dan acara-acara yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, mampu menggerakkan kegiatan perekonomian di kota Ponorogo. Berbagai usaha bisnis di Ponorogo yang banyak mendapatkan dampak dari Perayaan Grebeg Suro antara lain usaha hotel atau penginapan, rumah makan, toko pakaian khas Ponorogo, salon kecantikan, penghias mobil dan lain-lain.

Potensi perputaran uang yang sangat besar tersebut di atas tentu saja tidak dapat diabaikan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo sebagai pemegang Public Policy. Adanya potensi perputaran uang yang sangat besar akan berdampak sangat signifikan terhadap pergerakan roda perekonomian di Kabupaten Ponorogo. Oleh sebab itu, untuk memahami fenomena dimaksud dibutuhkan sebuah penelitian sebagai metode pemahaman fenomena yang mendasar. Dengan hasil penelitian akan mampu memberikan pengetahuan dan informasi yang memadai sebagai landasan dalam membuat dan menetapkan kebijakan yang baru, khususnya tentang perkembangan kegiatan perekonomian masyarakat Ponorogo.

TUJUAN DAN MANFAAT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kondisi ekonomi masyarakat Ponorogo pada perayaan Grebeg Suro tahun 2009, yaitu diukur dari besarnya perputaran uang selama Perayaan Grebeg Suro.
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten Ponorogo, yaitu sebagai bahan masukan yang cukup berarti dalam menyusun kebijakan atau agenda Perayaan Grebeg Suro pada tahun yang akan datang, yang mampu mengembangkan sektor pariwisata, sosio-ekonomi masyarakat, dan ekonomi kerakyatan di Kabupaten Ponorogo.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian Eksploratif, dengan menggunakan metode pengamatan secara langsung, melakukan wawancara dan pengisian angket atau kuesioner. Jangka waktu penggalian data adalah mulai dari satu minggu sebelum sampai dengan satu minggu sesudah malam satu Suro.
Obyek penelitian adalah a) Pedagang di aloon-aloon Ponorogo, b) Pemilik hotel, rumah makan, penitipan kendaraan, toko, dan salon, c) Pawai, Tari Reyog, dan Kirap Pusaka, d) Keramaian Malam Pembukaan dan Penutupan Perayaan Grebeg Suro, e) Larung Risallah Doa. Metode pengumpulan data yang digunakan wawancara, kuesioner, dan observasi (pengamatan langsung). Metode analisis data penelitian dengan menggunakan metode Diskriptif Kuantitatif, yaitu memaparkan data baik dalam bentuk tabel atau gambar dan kemudian dilakukan analisis data secara naratif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jadual Perayaan Gebeg Suro Tahun 2009 Kabupaten Ponorogo diselenggarakan mulai tanggal 14 sampai dengan 26 Desember 2009. Berbagai kegiatan yang digelar pada tangal tersebut, antara lain : Pacuan Kuda, Simaan Al Qur’an, Pemilihan Kakang Senduk, Istiqozah, berbagai Pameran (Industri kecil, Bonsai, Adenium, Lukisan, Tanaman Hias dll), Pasar Malam di Aloon-Aloon, Festival Reyog Nasional XVI, Pawai Sepeda Unto, Kirab Pusaka, Ketoprak, Wayang Kulit, Musik Dangdut, Larung Risallah Doa, dan Festival Musik. Sedangkan untuk acara Pembukaan Grebeg Suro dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2009 dan acara Penutupan Grebeg Suro pada tanggal 17 Desember 2009.
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas tentu saja telah banyak “menyedot” perhatian dan antusias masyarakat secara luas untuk mengunjunginya. Banyaknya jumlah pengunjung dalam setiap kegiatan tentu saja akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perputaran uang selama Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 berlangsung.

Kegiatan Usaha di Aloon-Aloon Ponorogo dan Sekitarnya.
Hasil pendataan jenis kegiatan usaha di dalam aloon-aloon Ponorogo, terdapat sekitar 30 jenis usaha dan dari berbagai jenis usaha tersebut secara total jumlah pelaku usaha sekitar 667 pelaku usaha. Hasil penghitungan data perputaran uang di dalam aloon-aloon Ponorogo diketahui bahwa total pendapatan pelaku usaha (667 pelaku usaha) mulai membuka usaha di aloon-aloon Ponorogo sampai dengan Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 adalah sebesar Rp. 1.952.200.000,- dan total pendapatan sesudah Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 sampai dengan Penutupan Pasar Malam adalah sebesar Rp. 1.876.455.000,-. Dengan demikian, secara total pendapatan seluruh pelaku usaha di aloon-aloon Ponorogo selama Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 adalah sebesar Rp. 3.828.655.000,-. Besarnya total pendapatan seluruh pelaku usaha di aloon-aloon Ponorogo tersebut sekaligus sebagai gambaran besarnya perputaran uang yang ada di aloon-aloon Ponorogo selama Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009.
Usaha yang ada di sekitar aloon-aloon Ponorogo yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berbagai usaha yang sudah berjalan sebelumnya dan tetap menjalankan usaha meskipun Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 telah berakhir. Berbagai jenis usaha tersebut antara lain Bakso Kepala Sapi, KFC (Quick Chicken), RM Sami Lumayan, RM Maksih, RM Bu Rusmin, RM Zam-Zam, Tosoto, Bakso, Angkringan, Toko VCD, Toko Buah-Buahan, Toko Pakaian, Nasi Pecel Lesehan, dan lain-lain. Penghitungan pendapatan dilakukan mulai 6 (enam) hari sebelum Malam Penutupan (tanggal 17 Desember 2009) Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009. Berdasarkan hasil pengumpulan data, secara total pendapatan usaha (sebagai gambaran besarnya perputaran uang) di sekitar aloon-aloon Ponorogo selama belangsungnya Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 mencapai Rp. 175.200.000,-.
Usaha di sekitar aloon-aloon Ponorogo yang bersifat isidental dan menerima dampak langsung dari Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 adalah usaha parkir kendaraan. Hasil penggalian data jumlah titik parkir sebanyak 21 titik parkir, yaitu antara lain : SMKN I, Damri, Poper, Kodim Lama, Depan Muda Jaya Motor, Selatan Aloon-Aloon, Barat Aloon-Aloon, Depan Masjid Jami’, Pegadaian, Utara Aloon-Aloon, Kasda, PITI, Timur Aloon-Aloon, Utara Apollo, Gedung DPRD, Depan, DPRD, dan lain-lain. Hasil penghitungan total pendapatan seluruh dari pelaku usaha parkir selama 6 (enam) hari sebelum Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 adalah sekitar Rp. 96.920.000,-.
Usaha hotel di Ponorogo yang menjadi sampel penelitian adalah Hotel Gajah Mada, Dirgahayu, La-Tiban, Kencana Dewi, Aman, Sentrum, Ponorogo Permai, Gembira, Pantes, SAA, Larasati, dan Pantes. Jangka waktu penggalian data adalah selama 6 hari, yaitu mulai Malam Pembukaan (12 Desember 2009) sampai dengan Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 (17 Desember 2009). Secara total pendapatan dari usaha hotel di Ponorogo selama 6 hari tersebut diperkirakan mencapai Rp. 124.279.200,-.
Berdasarkan data-data tersebut di atas, secara keseluruhan perputaran uang di aloon-aloon Ponorogo dan sekitarnya selama Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 mencapai sebesar Rp. 4.225.054.200,-.

Malam Pembukaan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009.
Serangkaian acara yang digelar pada Malam Pembukaan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009, yang diakhiri dengan penyulutan kembang api, di panggung utama aloon-aloon Ponorogo pada tanggal 12 Desember 2009 telah mampu merangsang segenap warga Ponorogo dari seluruh penjuru kota untuk berbondong-bondong ke aloon-aloon dan sekitarnya. Tidak kurang dari 50.000 orang memadati aloon-aloon Ponorogo dan sekitarnya untuk menyaksikan Malam Pembukaan tersebut. Hal tersebut secara signifikan mempunyai pengaruh terhadap perputaran uang di Ponorogo. Dengan menggunakan estimasi bahwa setiap orang mengeluarkan sebanyak Rp. 20.000,- yang digunakan untuk membeli tiket, BBM, makan dan minum, rokok, dan lain-lain, maka pada Malam Pembukaan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 diperkirakan jumlah uang yang beredar sekitar Rp. 1.000.000.000,-.

Tari Reyog Massal dan Pawai Sepeda Unto.
Salah satu kegiatan untuk memeriahkan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 yang diselenggarakan pada tanggal 5 Desember 2009 adalah Tari Reyog Massal. Kegiatan tersebut mempunya dampak langsung terhadap perputaran roda perekonomian di Ponorogo. Kaos, celana, dan udeng yang dibuat seragam merupakan sebuah lahan usaha ekonomi tersendiri. Berdasarkan hasil penggalian data di lapangan, bahwa harga kaos, celana, dan udeng secara rata-rata sebesar Rp. 30.000,- dan jumlah peserta tari reyog tersebut sekitar 19.000 orang. Dengan demikian, secara total kebutuhan kaos, celana dan udeng untuk kegiatan tersebut mencapai sekitar Rp. 570.000.000,-. Disamping itu, para peserta tari reyog massal (anak TK) mayoritas diantar oleh orang tua mereka dan banyak menyedot perhatian pengunjung (penonton) untuk datang di aloon-aloon Ponorogo. Orang tua yang mengantar dan pengunjung (penonton) tersebut tentu saja melakukan transaksi ekonomi, antara lain untuk kebutuhan BBM, jajanan, dan minuman. Dengan menggunakan estimasi bahwa jumlah orang tua yang mengantar dan pengunjung (penonton) sekitar 20.000 orang dan pengeluaran sebesar Rp. 20.000,- maka secara total telah terjadi perputaran uang sebesar Rp. 400.000.000,- pada acara tersebut.
Acara Pawai Sepeda Unto yang dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2009, diikuti oleh sekitar 2.500 peserta. Dengan estimasi bahwa setiap peserta mengeluarkan biaya untuk kebutuhan pawai tersebut sebesar Rp 30.000 maka total uang yang telah dikeluarkan dalam acara tersebut mencapai Rp 75.000.000,-.
Mengacu pada data tersebut, secara total perputaran uang untuk kegiatan Tari Reyog Massal dan Pawai Sepeda Unto pada Perayaan Grebeg Suro tahun 2009 mencapai Rp. 1.045.000.000,-.

Pameran Bonsai, Bunga dan Produk Unggulan.
Pameran yang diselenggarakan dalam rangka Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009, antara lain Pameran Bonsai, Tanaman Hias, Bunga, dan Industri Kecil dan Produk Unggulan. Dalam penelitian ini jumlah sampel penelitian yang diambil adalah sebanyak 15 orang, yaitu terdiri dari jenis usaha Bunga (3 orang), Tanaman Hias (2 orang), Bonsai (5 orang), dan Industri Kecil dan Produk Unggulan (5 orang).
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pendapatan perhari dari usaha tersebut antara Rp 150.000,- sampai dengan Rp 1.500.000,-. Dengan memperhatikan jangka waktu pameran, maka secara total pendapatan atau perputaran uang yang terjadi selama pameran berlangsung mencapai sebesar Rp 70.550.000,-.

Kirab Pusaka dan Malam Penutupan (Malam 1 Suro).
Kirab Pusaka pada sore hari dan Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 (Malam 1 Suro), pada tanggal 17 Desember 2009, merupakan acara yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Ponorogo dan sekitarnya. Mulai siang hari (Kirab Pusaka) sampai dengan malam hari (Malam Penutupan) pada jam 24.00 WIB, tidak kurang dari 200.000 orang, baik dari dalam kota maupun luar kota Ponorogo, seperti Kabupaten Magetan, Trenggalek, Madiun, Wonogiri, Malang, Surabaya dan lain-lain, memadati aloon-aloon Ponorogo dan jalan-jalan di kota Ponorogo.
Mulai siang sampai dengan menjelang pagi hari pada malam itu (Malam Satu Suro) diperkirakan telah terjadi puncak perputaran uang di kota Ponorogo. Pada siang hari, acara Kirab Pusaka diikuti sekitar 20 dokar dan 100 kendaraan yang dihias dengan sangat menariknya. Dengan menggunakan estimasi untuk sewa dokar dan menghiasnya serta penampilan peserta pawai menghabiskan biaya sebanyak Rp. 1.500.000,- dan estimasi untuk sewa kendaraan dan menghiasnya serta penampilan peserta pawai menghabiskan biaya sebanyak Rp. 5.000.000,- maka total biaya untuk peserta Kirab Pusaka mencapai sebanyak Rp. 530.000.000,-.
Jumlah penonton yang cukup besar mulai acara Kirab Pusaka sampai dengan Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 (Malam Satu Suro) mempunyai pengaruh yang sifgnifikan terhadap perputaran uang di Ponorogo. Dengan mengunakan estimasi bahwa jumlah orang yang melakukan aktivitas sebesar 200.000 orang dan setiap orang membelanjakan uangnya sebesar Rp. 20.000,- (untuk membeli tiket, makan dan minum, BBM, rokok, parkir kendaraan, souvenir atau mainan dan lain-lain), maka diperkirakan jumlah uang yang beredar atau berputar di kota Ponorogo pada hari itu mencapai Rp. 4.000.000.000,-.
Mengacu pada data tersebut di atas, secara total mulai acara Kirab Pusaka sampai dengan Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 (Malam Satu Suro) estimasi perputaran uang yang telah terjadi sebesar Rp 4.530.000.000,-.
Larung Risallah Doa di Telaga Ngebel Ponorogo.
Kegiatan Larung Risallah Doa pada Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 yang diselenggarakan di sekitar Telaga Ngebel mampu menarik pengunjung yang cukup besar. Diperkirakan hampir 24.000 orang memadati kawasan Telaga Ngebel Ponorogo untuk menyaksikan jalannya prosesi Larung Risallah tersebut. Jumlah pengunjung yang sangat besar di Telaga Ngebel Ponorogo pada acara Larung Risallah tersebut mempunyai berdampak yang signifikan terhadap kegiatan ekonomi di sekitar kawasan Telaga Ngebel. Beberapa usaha Pedagang Kaki Lima (PKL), mulai penjual buah, bakso, mie ayam, dan sate kelinci, maupun usaha rumah makan telah mendapatkan keuntungan yang cukup besar dengan adanya kegiatan tersebut.
Dengan menggunakan estimasi bahwa setiap pengunjung membelanjakan uangnya sebesar Rp. 30.000,- untuk membeli tiket masuk, BBM, makan dan minum, parker, dan lain-lain, maka diperkirakan jumlah uang yang beredar pada kegiatan Larung Risallah pada tanggal 18 Desember 2009 tersebut sebesar Rp. 720.000.000,-.

Total Perputaran Uang
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diuraikan di atas maka secara total perputaran uang selama kegiatan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 di Kabupaten Ponorogo adalah sebesar Rp. 11.590.604.200,-. Besarnya nilai tersebut dengan perincian sebagai berikut : a) Usaha di Aloon-Aloon Ponorogo : Rp. 3.828.655.000,- b) Usaha di sekitar Aloon-Aloon Ponorogo : Rp. 175.200.000,- c) Usaha Parkir Kendaraan : Rp. 96.920.000,- d) Usaha Hotel / Penginapan : Rp. 124.279.200,- e) Malam Pembukaan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 : Rp. 1.000.000.000,- f) Tari Reyog Massal dan Pawai Sepeda Unto : Rp. 1.045.000.000,- g) Pameran Bonsai, Bunga, dan Produk Unggulan : Rp. 70.550.000,- h) Kirab Pusaka : Rp. 530.000.000,- i) Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro tahun 2009 : Rp. 4.000.000.000,- dan j) Larung Risallah Doa : Rp. 720.000.000,-.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya pelaksanaan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2009 terbukti mampu menggerakkan roda perekonomian di kota Ponorogo. Tidak hanya pelaku bisnis besar (misalnya rumah makan dan hotel), pelaku bisnis menengah ke bawah atau disebut usaha ekonomi kecil, baik di aloon-aloon Ponorogo maupun di sekitarnya, juga menikmati keuntungan dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Disamping itu, pelaksanaan Perayaan Grebeg Suro sebagai agenda rutin tahunan di Ponorogo dapat digunakan sebagai sarana mempromosikan produk atau hasil alam unggulan maupun bidang pariwisata Kabupaten Ponorogo.
Kegiatan usaha di aloon-aloon Ponorogo dan sekitarnya, acara Tari Reyog Massal dan Pawai Sepeda Unto, Malam Pembukaan, Kirab Pusaka, Malam Penutupan, dan Kegiatan Larung Risallah Doa di Telaga Ngebel, secara total mampu mempengaruhi peredaran uang yang sangat besar di Ponorogo, yaitu sekitar Rp. 11.590.604.200,-. Nilai perputaran uang tersebut masih dapat bertambah besar, karena perputaran uang dalam rangkaian kegiatan yang lain, misalnya Pacuan Kuda, Simaan Alqur’an, Istiqozah, Acara Pemilihan Kakang Senduk, Festival Musik, Road Race, dan lain-lain, tidak dihitung dalam penelitian ini.
Kegiatan pasar malam di aloon-aloon Ponorogo, khususnya terkait penataan lokasi, masih memerlukan perhatian dan penataan yang serius untuk tahun depan. Hal tersebut mengingat bahwa banyak pedagang mengeluh karena lokasi usahanya terlalu masuk ke dalam sehingga mengurangi jumlah pengunjung dan pembelinya. Disamping itu, terkait dengan kebersihan lokasi juga memerlukan perhatian dan perlu ditingkatkan kebersihannya. Khusus untuk lokasi pameran, keberadaan fasilitas air bersih dan MCK yang memadai dan layak sangat dibutuhkan untuk kenyamanan para peserta pameran dan para pengunjungnya.

Penelitian ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Ponorogo c/q Panitia Grebeg Suro Tahun 2009 dengan FISIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo)

Read More......

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Mei 2009)

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Mei 2009)

Penerbit: P2FE_UMP, Ponorogo (Oktober 2010)

Penerbit: P2FE_UMP, Ponorogo (Oktober 2010)

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Maret 2009)

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Maret 2009)

Penerbit : Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press, Maret 2013

Penerbit : Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press, Maret 2013

Penerbit Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press (Juli 2013

Penerbit Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press (Juli 2013

Penerbit UNMUH Ponorogo Press Bulan Juli 2015

Penerbit UNMUH Ponorogo Press Bulan Juli 2015

  ©REYOG CITY. Template by Dicas Blogger.

TOPO