Dua permasalahan yang sering dihadapi dalam menulis sebuah artikel ilmiah adalah ketika menulis di bagian "Pendahuluan" dan pendekatan yang digunakan dalam "Pembahasan dan Analisis", sedangkan untuk di bagian "Metode Penelitian" dan di bagian "Simpulan" biasanya tidak menjadi kendala.
Pendahuluan
Pendahuluan memberikan pengantar tentang substansi artikel sesuai dengan topik dan masalahnya, terutama alasan-alasan baik teoretis maupun empiris yang melatar belakangi kegiatan penulisan artikel. Memuat secara eksplisit dengan singkat dan jelas tentang arah, maksud, tujuan serta kegunaan artikel agar substansi artikel tidak menimbulkan kerancuan pengertian, pemahaman dan penafsiran makna bagi pembacanya.
Kalimat-kalimat awal seharusnya merupakan hasil pemikiran sendiri, bukan kutipan. Pergunakan dan kembangkan kata-kata kunci sesuai dengan topik dan permasalahannya kemudian rangkaikan menjadi kalimat-kalimat dengan menggunakan tata bahasa yang baku. Penyajiannya harus runut secara kronologis. Kaitan logika antara alinea pertama dengan berikutnya harus jelas. Kemukakan secara singkat dan jelas kerangka berpikir berdasarkan konsep-konsep teoretis yang digunakan untuk membahas, menganalisis dan menafsirkan data, informasi serta temuan-temuan yang diperoleh.
Penting mengemukakan pula konsep-konsep pemikiran yang berasal dari temuan-temuan penelitian lapangan sejenis, jika mungkin yang terbaru, yang telah dilakukan oleh peneliti atau penulis atau peneliti lain sebelumnya. Konsep-konsep teoretis, pemikiran-pemikiran serta temuan-temuan penelitian terdahulu bermanfaat sebagai bahan komparasi dan sekaligus penguatan serta penajaman pembahasan, analisis serta penafsiran-penafsiran. Konsep-konsep teoretis, pemikiran-pemikiran serta temuan-temuan terdahulu tersebut seyogyanya telah dicerna sehingga tidak lagi berupa kutipan-kutipan utuh yang lebih merupakan “parade pernyataan orang”.
Pendahuluan
Pendahuluan memberikan pengantar tentang substansi artikel sesuai dengan topik dan masalahnya, terutama alasan-alasan baik teoretis maupun empiris yang melatar belakangi kegiatan penulisan artikel. Memuat secara eksplisit dengan singkat dan jelas tentang arah, maksud, tujuan serta kegunaan artikel agar substansi artikel tidak menimbulkan kerancuan pengertian, pemahaman dan penafsiran makna bagi pembacanya.
Kalimat-kalimat awal seharusnya merupakan hasil pemikiran sendiri, bukan kutipan. Pergunakan dan kembangkan kata-kata kunci sesuai dengan topik dan permasalahannya kemudian rangkaikan menjadi kalimat-kalimat dengan menggunakan tata bahasa yang baku. Penyajiannya harus runut secara kronologis. Kaitan logika antara alinea pertama dengan berikutnya harus jelas. Kemukakan secara singkat dan jelas kerangka berpikir berdasarkan konsep-konsep teoretis yang digunakan untuk membahas, menganalisis dan menafsirkan data, informasi serta temuan-temuan yang diperoleh.
Penting mengemukakan pula konsep-konsep pemikiran yang berasal dari temuan-temuan penelitian lapangan sejenis, jika mungkin yang terbaru, yang telah dilakukan oleh peneliti atau penulis atau peneliti lain sebelumnya. Konsep-konsep teoretis, pemikiran-pemikiran serta temuan-temuan penelitian terdahulu bermanfaat sebagai bahan komparasi dan sekaligus penguatan serta penajaman pembahasan, analisis serta penafsiran-penafsiran. Konsep-konsep teoretis, pemikiran-pemikiran serta temuan-temuan terdahulu tersebut seyogyanya telah dicerna sehingga tidak lagi berupa kutipan-kutipan utuh yang lebih merupakan “parade pernyataan orang”.
“Posisi keilmuan” penulis dalam keseluruhan tulisan artikel itu sedapat mungkin sudah harus muncul dalam pendahuluan ini, agar pembaca secara lebih awal sudah dapat memahami arah pemikiran, pendekatan serta paradigma yang digunakan.
Tidak kalah pentingnya, semua uraian dalam pendahuluan harus menjadi acuan utama untuk bab-bab selanjutnya, agar konsistensi dan keutuhan tulisan artikel ilmiah dapat terjaga dengan baik.
Pendekatan dalam Pembahasan dan Analisis
Pendekatan Kuantitatif
Bersifat obyektif, positivistik, dan “bebas nilai”. Subyektivitas sedapat mungkin sangat dihindari. Seringkali dengan logika deduktif (kadangkala kombinasi antara deduktif dan induktif). Hubungan antarfenomena, kondisi, obyek, atau variabel bersifat kausalitas (sebab-akibat atau korelasional). Hubungan kausalitas ini harus dikemukakan secara jelas, obyektif, konkrit, reliable, dan testable dengan menggunakan alat-alat pengukuran numerik, matematis atau statistik.
Hasil-hasil pembahasan dan analisis dipaparkan dengan lebih mementingkan penggunaan penghitungan dan pengukuran matematis yang disajikan dalam bentuk tabel-tabel, diagram, gambar/foto, serta bentuk-bentuk ilustrasi lainnya. Oleh karena data dan informasi dikumpulkan berdasarkan alat-alat (instrumen) yang terstruktur dengan besaran populasi dan sampel yang sudah ditentukan maka kebenaran hasil pembahasan dan analisis dapat diketahui dengan cepat, tepat dan akurat.
Analisis dan pembahasan harus dapat menghasilkan suatu temuan (seharusnya temuan baru) yang dapat digunakan untuk melakukan generalisasi yang obyektif dengan kadar kepercayaan yang tinggi dan mampu melakukan prediksi yang akurat. Meskipun pembahasan dan analisis telah dilakukan dengan menghasilkan temuan dan pemikiran (baru) dengan tingkat akurasi dan kepercayaan yang tinggi, namun penting untuk membaca dan merenung ulang pembahasan dan analisis yang telah dibuat.
Pendekatan Kualitatif
Bersifat subyektif, relativisme, dan “ tidak bebas nilai”. Sering menggunakan penalaran induktif (kadangkala kombinasi antara induktif dan deduktif). Hubungan relasional antarfenomena dan antarkondisi harus dikemukakan secara jelas. Tidak jarang fenomena dan kondisi yang muncul di lapangan sangat beragam dan di luar dugaan.
Setiap fenemona sosial-budaya harus dibahas dan dianalisis dengan sangat rinci dan komprehensif. Ungkapkan dengan jelas hubungan relasional antara kondisi yang satu dengan yang lainnya sehingga fenomena-fenomena soial-budaya tersebut dapat dipahami secara proporsional dan kontekstual.
Oleh karena data dan informasi dikumpulkan melalui wawancara sangat mendalam dan participant observation maka “catatan harian lapangan” (field notes) - selain yang direkam dengan media elektronik - sangat penting sebagai acuan utama dalam melakukan pembahasan dan analisis. Selain itu, deskripsi pembahasan dan analisis tidak saja dilakukan sangat rinci dan mendalam (thick description) melainkan juga bersifat naratif-interpretatif, agar makna-makna simbolik yang terkandung dalam setiap fenomena dapat diungkap dan dipahami sesuai dengan konteksnya.
Setiap informasi, data dan pernyataan tentang sesuatu hal yang menggunakan kata- kata atau ungkapan-ungkapan lokal seharusnya ditulis lengkap dalam bahasa lokal sesuai dengan aslinya (pendekatan “emik”). Kemudian berilah penjelasan serinci mungkin. Alat-alat pengukuran numerik tidak diperlukan, namun data-data statistik kadang digunakan sebagai pendukung pembahasan dan analisis.
“Kebenaran” hasil pembahasan dan analisis lebih bersifat penafsiran-penafsiran terhadap makna-makna simbolik. Kesalahan atau kebenaran penafsiran bukan hal yang utama, yang paling penting adalah tingkat kedalaman dan ketajamannya. Subyektivitas penulis sangat dihargai dalam arti pemahaman dan penafsiran pribadi penulis tidak ditabukan, karena kualitas tulisan bergantung juga pada tingkat kualitas pemahaman dan penafsiran penulisnya.
Hasil pembahasan dan analisis tidak berpretensi menghasilkan suatu generalisasi. Kalaupun harus membuat suatu generalisasi sifatnya hanya pada lingkup obyek penelitian. Hindari keinginan untuk menerjemahkan kata-kata, ungkapan-ungkapan dan pernyataan lokal tersebut agar makna-makna simbolik yang terkandung di dalamnya tidak hilang atau berubah. Catatan kaki menjadi penting sebagai sarana untuk mendeskripsikan lebih rinci kata-kata atau ungkapan-ungkapan lokal tersebut yang sering kali memiliki hubungan relasional dengan beberapa fenomena sosial budaya tertentu.
Sebagaimana pendekatan kuantitatif, dalam pendekatan kualitatif ini penting pula untuk membaca dan merenung ulang pembahasan dan analisis yang telah dibuat. Lebih-lebih mengingat begitu kompleks dan rumitnya perilaku manusia dalam konteks kehidupan sosial-budayanya dan aspek-aspek lain yang melingkupinya.
Sumber : A. LATIEF WIYATA, disampaikan dalam "Pelatihan penulisan Artikel Ilmiah", Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar