KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR

Wilayah administratif Kabupaten Ponorogo terbagi menjadi 21 Kecamatan dan 305 Kelurahan/Desa. Batas wilayah Kabupaten Ponorogo adalah sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Magetan, dan Ngajuk; sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek; sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan; dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pacitan dan Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah).

Secara administratif wilayah Kabupaten Ponorogo terbagi menjadi 21 kecamatan dan 303 kelurahan/desa. Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Ponorogo tersebut adalah Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Slahung, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Sambit, Kecamatan Sawoo, Kecamatan Sooko, Kecamatan Pudak, Kecamatan Pulung, Kecamatan Mlarak, Kecamatan Siman, Kecamatan Jetis, Kecamatan Balong, Kecamatan Kauman, Kecamatan Jambon, Kecamatan Badegan, Kecamatan Sampung, Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Ponorogo, Kecamatan Babadan, Kecamatan Jenangan, dan Kecamatan Ngebel. Jumlah penduduk di Kabupaten Ponorogo pada akhir tahun 2006 sebanyak 919.392 jiwa, yang terbagi penduduk laki-laki sebanyak 451.770 jiwa (49,14%) dan penduduk perempuan sebanyak 467.622 jiwa (50,86%), dengan jumlah rumah tangga sebanyak 231.498 rumah tangga dan tingkat kepadatan penduduknya sebesar 670 jiwa per km2


Read More......

PEDAGANG WARUNG ANGKRINGAN (WARUNG HIK)

Kota Ponorogo mempunyai daya tarik tersendiri bagi pedagang warung angkringan asal luar Ponorogo (Yogyakarta, Klaten, Solo, Wonogiri). Sampai saat ini mereka tetap survive dan mampu mengembangkan usahanya di Kota Ponorogo. Disamping etos kerja dan berjalannya modal sosial, diantara mereka juga terdapat solidaritas yang sangat erat, baik antara ketua kelompok dengan anggota kelompoknya maupun antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.



Read More......

Tanah Longsor di Jalur Ponorogo - Pacitan

Bencana tanah longsor jalur Ponorogo - Pacitan sering terjadi dan berdampak pada lumpuhnya jaringan transportasi antar dua kabupaten tersebut. Tanah lonngsor tersebut juga merusak infrastruktur jalan dan membaut resah masuarakat secara luas. Bagaimana upaya penanggulangan dan antisipasinya? Sampai hari ini belum ada titik terang.



Bencana tanah longsor jalur Ponorogo - Pacitan sering terjadi dan berdampak pada lumpuhnya jaringan transportasi antar dua kabupaten tersebut. Tanah lonngsor tersebut juga merusak infrastruktur jalan dan membaut resah masuarakat secara luas. Bagaimana upaya penanggulangan dan antisipasinya? Sampai hari ini belum ada titik terang.

Read More......

PLURALITAS SIKAP POLITIK WARGA MUHAMMADIYAH PONOROGO DALAM PILKADA TAHUN 2005

KESIMPULAN : Pluralitas sikap politik warga Muhammadiyah Ponorogo dalam Pilkadal tahun 2004 tidak bisa dihindari. Pluralitas sikap politik tidak hanya terjadi pada elit atau pengurus Muhammadiyah tetapi juga terjadi pada warga biasa sehingga pasangan Calon Bupati yang direstui atau didukung oleh PDM (Pimpinan Derah Muhammadiyah) Ponorogo tidak bisa mendapatkan suara maksimal sehingga tidak bisa memenangkan kompetisi politik tersebut. Sikap politik warga persyarikatan pada saat Pilkada yang plural tidak tejadi pada Pilpres I.

Warga Muhammadiyah Ponorogo mempunyai sikap politik yang relative homogen pada saat Pilpres I, rata-rata mereka memilih pasangan Capres Amien Rais-Siswono. Bahkan melebihi jumlah warga Muhammadiyah di kota ini. Pluralitas ini terjadi karena didorong adanya rasionalitas substantive pada satu kelompok dan rasionalitas pragmatis pada kelompok yang lain.

Sebagaimana tim sukses-tim sukses lain maka tim sukses warga Muhammadiyah yang menjadi tim sukses pada pasangan calon Bupati yang didukung oleh PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Ponorogo maupun warga Muhammadiyah yang menjadi bagian dari tim sukses pasangan Calon Bupati lain juga mempunyai orientasi ganda. Disisi lain mereka juga menerapkan rasionalitas pragmatis dengan harapan ingin mendapatkan “kompensasi” tertentu dari para Calon Bupati yang diantarkan ketika memenangkan pertarungan ini.

SARAN : Penelitian ini belum menjangkau sikap dan pandangan warga Muhammadiyah terhadap PAN (Partai Amanat Nasional), yaitu partai yang kelahirannya dibidani oleh Muhammadiyah dan ketika Pemilihan Legislatif dikomandoi oleh Amien Rais. Hal ini penting untuk melihat apakah sikap warga Muhammadiyah terhadap PAN sama dengan sikap mereka terhadap Amien Rais.

Penggunaan metode wawancara sering kali tidak mudah dilakukan hal ini mengingat persoalan yang diteliti adalah persoalan politik yang dianggap masih sensitif. Terhadap beberapa informan peneliti tidak bisa menggunakan data yang diperoleh dengan wawancara formal. Kesulitan yang dihadapi peneliti adalah informasi yang diperoleh dengan wawancara formal tidak sama dengan wawancara tidak formal. Wawancara tidak formal (intermezo) diyakini lebih menghasilkan informasi yang valid dan jujur.

Drs. Jusuf Harsono, M.Si. : Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor : 008/SP2H/DP2M/III/2007


Read More......

MENUMBUHKEMBANGKAN BUDAYA MENELITI

Hasrat keingintahuan manusia merupakan suatu anugerah dari Allah SWT yang perlu untuk ditumbuhkembangkan. Dengan adanya hasrat tersebut, manusia berusaha mencari jawabannya dengan berbagai cara dan terus mengalami perkembangan. Salah satu cara mencari jawaban keingintahuan manusia adalah dengan melakukan suatu penelitian, disamping dengan metode coba-coba, bertanya, meniru dan lain-lain. Dengan demikian, suatu penelitian dapat dikatakan sebagai upaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan atau permasalahan yang dihadapi sehingga akan diperoleh pengetahuan baru yang dianggap benar.

Pengetahuan baru yang benar tersebut merupakan pengetahuan yang dapat diterima oleh akal sehat dan berdasarkan fakta empirik sehingga harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah.
Dunia pendidikan merupakan wadah bagi pengembangan logika, sebagai modal dasar untuk melakukan penelitian. Pengembangan logika tersebut perlu disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang ada. Oleh sebab itu, masing-masing jenjang pendidikan, mulai tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi, sangat perlu ditumbuhkembangkan budaya meneliti, mulai yang paling sederhana sampai dengan tingkatan yang rumit.
Pada tingkat Perguruan Tinggi, salah satu permasalahan yang sering muncul adalah adanya kesulitan mahasiswa dalam penyelesaian tugas akhir (skripsi). Walaupun telah dibekali dengan berbagai mata kuliah sebagai dasar untuk melalukan penelitian, misalnya Statistika dan Metodologi Penelitian, namun permasalahan tersebut masih banyak dialami oleh mahasiswa. Permasalahan tersebut merupakan salah satu indikator bahwa budaya melakukan penelitian tidak cukup hanya diberikan di tingkat Perguruan Tinggi. Menumbuhkembangkan budaya meneliti secara ilmiah sebenarnya dapat dilakukan mulai tingkat SLTA, yaitu melalui wadah Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Namun, hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua SLTA yang ada di Ponorogo dapat menumbuhkembangkan KIR tersebut. Berbagai hambatan untuk upaya tersebut antara lain permasalahan fasilitas laboratorium, biaya, dan ketersediaan sumber daya manusia.
Terkait dengan permasalahan sumber daya manusia, untuk menumbuhkembangkan budaya meneliti di tingkat SLTA harus dimulai dari tenaga pendidik (guru). Guru yang kreatif, inovatif, dan dinamis sangat berpotensi untuk menumbuhkembangkan budaya meneliti. Peningkatan jenjang pendidikan guru, mengikuti berbagai pelatihan dan worshop penelitian merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas guru dalam bidang penelitian. Peningkatan kualtas guru tersebut tentu saja akan berdampak positif terhadap upaya menumbuhkembangkan budaya meneliti.
Mengamati perkembangan KIR di tingkat SLTA sampai saat ini, masih didominasi untuk bidang eksakta (Jurusan IPA dan Biologi) dan lebih mengarah ke penelitian di dalam laboratoirum, sedangkan bidang sosial (Jurusan IPS) seakan-akan tidak mempunyai tempat. Meskipun penelitian bidang sosial sangat banyak tetapi sampai saat ini belum banyak disentuh dalam KIR. Oleh sebab itu, perlu adanya kebijakan untuk menyeimbangkan upaya menumbuhkembangkan budaya meneliti, yaitu baik bidang eksakta maupun bidang sosial.
Dalam dunia pendidikan, upaya menumbuhkembangkan budaya meneliti merupakan tanggungjawab semua pihak. Oleh sebab itu, perlu dilakukan kerja sama antara Perguruan Tinggi dengan SLTA untuk bersama-sama menumbuhkembangkan budaya meneliti, sehingga KIR di tingkat SLTA dapat tumbuh dengan pesat (baik kualitas maupun kuantitasnya) dan sekaligus dapat membekali siswa jika nanti sebagai mahasiswa dapat lancar dalam studinya dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan di masyarakat.

Read More......

10 JENIS KESALAHAN DALAM PENELITIAN (SKRIPSI)

Perumusan Masalah. Dalam perumusan masalah tidak harus menggunakan kalimat tanya. Yang perlu dihindari adalah menggunakan kalimat pernyataan, misalnya : ”Tingkat pendidikan dan pelatihan mempengaruhi tingkat produktivitas karyawan”

Perumusan Hipotesis. Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang akan diuji tingkat kebenarannya. Oleh sebab itu, dalam merumuskan hipotesis penelitian harus menggunakan kalimat pernyataan, bukan kalimat tanya. Kesalahan yang terjadi jika hipotesis menggunakan kalimat tanya, misalnya : ”Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat produktivitas kerja karyawan ?”

Tinjauan Pustaka.Dalam menyusun tinjauan pustaka atau teori-teori yang digunakan tentu saja tidak dapat lepas dari judul penelitian. Berdasarkan judul penelitian harus dapat dirumuskan variabel-variabel yang akan diteliti, dan berdasarkan variabel variabel tersebut maka dicari teori-teori yang terkait. Teori bukan hanya dari teks book tetapi dapat dari hasil penelitian orang lain. Kesalahan yang terjadi jika teori yang terkait dengan variabel yang akan diteliti tidak disampaikan atau teori yang ditulis tidak ada kaitannya dengan variabel yang diteliti. Contoh : ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produktivitas Kerja Karyawan ... ”. Faktor yang dianggap mempengaruhi adalah Tingkat Penghasilan, Pendidikan, Pelatihan, dan Motivasi Pimpinan. Dalam tinjuan pustaka yang perlu diuraikan adalah teori (hasil penelitian) yang terkait dengan Produktivitas Kerja, Tingkat Penghasilan, Tingkat Pendidikan, Pelatihan, dan Motivasi. Dan tidak perlu menguraikan Teori Produksi atau Teori Penawaran Tenaga Kerja.

Lokasi Penelitian. Yang sering dilupakan dalam menguraikan lokasi penelitian adalah alasan memilih lokasi penelitian tersebut. Alasan pemilihan lokasi penelitian, misalnya kekhasannya, fenomena yang terjadi, atau adanya kasus tertentu, sangat penting disampaikan karena akan terkait dengan ketepatan perumusan masalah maupun ketepatan dalam penentuan sampel penelitian.

Penentuan Sampel Penelitian. Dalam penentuan sampel sering hanya menggunakan simple random sampling dan belum memperhatikan tingkat keseragaman populasi. Disamping itu, sering menganggap bahwa dalam setiap penelitian selalu diketahui jumlah populasinya, sehingga jika tidak diketahui jumlah populasinya sering dilakukan rekayasa terhadap jumlah populasinya. Contoh : Penelitian tentang ”Pengeluaran Konsumsi ... di daerah Perumahan” tidak dapat dilakukan dengan simple random sampling. Penelitian tentang ”Pengguna ATM di Bank ...” tidak dapat diketahui jumlah populasinya.

Teknik Pengumpulan Data. Dalam teknik pengumpulan data yang perlu diuraikan adalah teknik apa yang akan dilakukan untuk mendapatkan data tersebut. Misalnya jika menggunakan kuesioner perlu diuraikan jenis pertanyaan yang akan disampaikan. Kesalahan yang sering dilakukan adalah menguraikan definisi dari berbagai teknik pengumpulan data, yaitu kuesioner, wawancara, dokumentasi, observasi dan studi pustaka.

Model yang Digunakan. Dalam merumuskan ”Model yang Digunakan” perlu mempertimbangkan perumusan masalah dan tujuan penelitian sehingga terdapat kesesuaian. Disamping itu, juga perlu memahami kaitannya dengan teori dan formulasinya. Kesalahan yang dilakukan adalah menganggap model yang digunakan selalu menggunakan persamaan linier (pangkat satu). Contoh : ”Tingkat Produksi Dipengaruhi Jumlah Tenaga Kerja dan Kapital ”, tidak dapat dibuat model Q = a + b1.L + b2.K ; dimana Q adalah Tingkat Produksi, L adalah Jumlah Tenaga Kerja; dan K adalah Jumlah Kapital.

Teknik Analisis Data. Dalam teknik analisis data menguraikan alat yang akan digunakan untuk menguji hipotesis (jika menggunakan hipotesis) atau menguraikan alat yang akan digunakan untuk mengolah data sehingga dapat disimpulkan. Jika dalam analisis data menggunakan rumus statistika, yang perlu diperhatikan adalah penggunaan X dan Y (huruf kapital) dengan x dan y (bukan huruf kapital). Jika menggunakan Analisis Regresi Berganda dengan jumlah variabel lebih dari tiga variabel, misalnya Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3 ... , dalam mencari a, b1, b2, b3, dan seterusnya tidak diperbolehkan membuat rumus sendiri. Kesalahan yang dilakukan adalah tidak membedakan penulisan X dan Y dengan x dan y, atau dalam mencari nilai a, b1, b2, b3, dan seterusnya menggunakan rumus yang dibuat sendiri.

Hasil dan Pembahasan. Dalam hasil penelitian yang perlu diuraikan adalah data-data hasil penelitian atau hasil pengolahan data sampai dengan pengujian hipotesis. Sedangkan dalam pembahasan adalah membahas setelah hasil pengujian hipotesis dapat berupa perkiraan atau peramalan dan tidak terlepas dari tujuan penelitian. Kesalahan yang dilakukan adalah dalam pembahasan hanya menguraikan proses pengujian hipotesis.

Kesimulan dan Saran. Dalam menguraikan kesimpulan harus terkait dengan tujuan, hasil, dan pembahasan penelitian. Dalam kesimpulan tidak lagi menguraikan angka-angka sebagimana hasil penelitian, karena lebih banyak pada bentuk uraian atau deskriptif. Sedangkan dalam saran harus terkait dengan manfaat penelitian. Kesalahan yang dilakukan dalam kesimpulan masih membicarakan hasil atau nilai pengujian hipotesis dan dalam saran tidak/kurang terkait dengan manfaat penelitian

Read More......

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Mei 2009)

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Mei 2009)

Penerbit: P2FE_UMP, Ponorogo (Oktober 2010)

Penerbit: P2FE_UMP, Ponorogo (Oktober 2010)

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Maret 2009)

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Maret 2009)

Penerbit : Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press, Maret 2013

Penerbit : Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press, Maret 2013

Penerbit Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press (Juli 2013

Penerbit Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press (Juli 2013

Penerbit UNMUH Ponorogo Press Bulan Juli 2015

Penerbit UNMUH Ponorogo Press Bulan Juli 2015

  ©REYOG CITY. Template by Dicas Blogger.

TOPO