Dampak Perayaan Grebeg Suro terhadap Peningkatan Kondisi Sosio-Ekonomi Masyarakat Ponorogo dan Pelaksanaan Festival Reyog Nasional XIII Tahun 2007

Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah : a) Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya pelaksanaan kegiatan Grebeg Suro Tahun 2007 terbukti mampu menggerakkan roda perekonomian di kota Ponorogo. Tidak hanya pelaku bisnis besar (misalnya rumah makan dan hotel), pelaku bisnis menengah ke bawah atau disebut usaha ekonomi kecil, baik di aloon-aloon Ponorogo maupun di sekitarnya, juga menikmati keuntungan dari pelaksanaan kegiatan tersebut.
Disamping itu, pelaksanaan kegiatan Grebeg Suro sebagai agenda rutin tahunan di Ponorogo dapat digunakan sebagai sarana mempromosikan produk atau hasil alam unggulan maupun bidang pariwisata Kabupaten Ponorogo; dan b) Kegiatan ekonomi di aloon-aloon Ponorogo dan sekitarnya, Malam Pembukaan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2007, Kirab Pusaka, Malam Penutupan Perayaan Grebeg Suro Tahun 2007, dan Kegiatan Larung Risallah di Telaga Ngebel, mampu mempengaruhi peredaran uang yang sangat besar di Ponorogo. Secara total dari berbagai kegiatan tersebut telah menambah peredaran uang lebih dari 5 milyar rupiah atau sebesar Rp. 5.182.210.800,-.
Sedangkan untuk pelaksanaan Festival Reyog Nasional (FRN) XIII dapat disimpulkan bahwa secara umum penyelenggaraan FRN XIII Tahun 2007 berjalan baik dan lancar, baik terkait dengan persiapan, proses pelaksanaan, maupun hasil akhir FRN. Beberapa kekurangan menyebar di beberapa aspek teknis, meliputi : a) Keterbatasan sosialisasi FRN; b) Tata panggung yang sering terkendala oleh cuaca (hujan); c) Belum adanya pedoman penilaian yang representatif berdasar pesan-pesan substantif seni reyog sesuai karakter masyarakat Ponorogo; dan d) Keterbatasan tempat transit peserta (terutama penyediaan kursi berikut penyambutan peserta FRN). Terlepas dari kekurangan yang ada itu, penyelenggaraan FRN XIII Tahun 2007 ini mengindikasikan masih kuatnya apresiasi masyarakat terhadap FRN, baik dari aspek peserta maupun masyarakat penonton. Karena itu kemungkinan pengembangan sekaligus penguatan pesona wisata melalui event ini masih sangat terbuka lebar.
Rekomendasi yang dapat diberikan adalah : a) Kegiatan pasar malam di aloon-aloon Ponorogo, khususnya terkait penataan lokasi, masih memerlukan perhatian dan penataan yang serius untuk tahun depan. Hal tersebut mengingat bahwa banyak pedagang mengeluh karena lokasi usahanya terlalu masuk ke dalam sehingga mengurangi jumlah pengunjung dan pembelinya. Disamping itu, terkait dengan kebersihan lokasi juga memerlukan perhatian dan perlu ditingkatkan kebersihannya; dan b) Beberapa kekurangan yang ada dan terjadi dalam event FRN sangatlah wajar, jika mempertimbangkan lingkup festival setingkat nasional. Namun demikian, sebuah langkah bijak memang harus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo, misalnya pada aspek tata panggung yang sering terkendala oleh cuaca, terutama hujan bisa disikapi dan diantisipasi dengan sebaik-baiknya.
(Kerja sama antara Panitia Besar Grebeg Suro Kabupaten Ponorogo dengan Kelompok Studi Masyarakat Ponorogo, Tahun 2007)

Read More......

Survivalitas Pedagang Warung Hik (Warung Angkringan) di Kota Ponorogo

Ringkasan : Salah satu pedagang sektor informal yang menunjukkan perkembangan (dari segi kuantitas) di kota Ponorogo adalah Pedagang Warung Hik. Yang dimaksud dengan pedagang warung hik adalah pedagang kaki lima (penjualnya laki-laki) yang menjual makanan dan minuman, seperti kopi, teh, jahe, beberapa jajanan dan nasi bungkus.
Mereka berjualan di trotoar jalan atau di depan pertokoan, khusus untuk malam hari, setelah toko tutup. Mereka kebanyakan berasal dari kota-kota di Jawa Tengah, seperti kota Sukoharjo, Solo, Klaten, Wonogiri dan Gunung Kidul Yogyakarta. Istilah pedagang warung hik di kota Solo dan Yogyakarta biasa disebut dengan Pedagang Warung Angkringan. Sekitar tahun 1999-an (pasca krisis ekonomi), jumlah pedagang warung hik yang ada di kota Ponorogo sekitar 5 (lima) pedagang dan sampai dengan tahun 2006 jumlah pedagang warung hik tersebut mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 20 (dua puluh) pedagang yang telah tersebar di jalan protokol kota Ponorogo. Kehadiran pedagang warung hik tersebut juga mendorong beberapa masyarakat Ponorogo untuk membuka usaha sejenis, dan sering disebut Warung Kopi Lesehan. Dengan demikian, pedagang warung hik disamping harus mampu bersaing dengan sesama pedagang warung hik (sesama pedagang pendatang) juga harus mampu bersaingan dengan warung kopi lesehan dan warung permanen (pedagang asli Ponorogo).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya pedagang warung hik (pedagang pendatang dari luar kota Ponorogo) agar mampu bertahan dalam menghadapi persaingan usaha di kota Ponorogo.
Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Ponorogo (Kecamatan Kota) Kabupaten Ponorogo. Pengambilan lokasi tersebut berdasarkan kondisi bahwa pedagang warung hik banyak berjualan di wilayah Kecamatan Kota. Sedangkan yang menjadi subyek penelitian (informan) adalah para pedagang warung hik (pedagang pendatang dari luar kota Ponorogo) yang berjualan di kota Ponorogo. Subyek penelitian ini perlu dipertegas karena disamping pedagang warung hik tersebut masih banyak pedagang warung lesehan yang pedagangnya asli dari kota Ponorogo. Disamping itu, penelitian ini juga membutuhkan data yang dikumpulkan dari para pembeli (konsumen) di warung hik, sebagai data pendukung. Dalam menentukan informan, teknik yang digunakan adalah Teknik Bola Salju (Snow Ball) dan untuk pengumpulan data digunakan Wawancara Mendalam (Indepth Interview). Berdasarkan pola azas penelitian kualitatif, maka aktifitas analisis data dilakukan di lapangan dan bahkan bersamaan dengan proses pengumpulan data dalam wawancara mendalam, oleh karena itu analisis data dengan mengunakan Model Analisis Interaktif.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah : a) Pedagang warung hik di kota Ponorogo telah mampu berkembang dengan baik dan mampu bertahan menghadapi persaingan usaha; b) Kemampuan berkembang dan bertahan menghadapi persaingan usaha tersebut, disamping didorong faktor ketrampilan dan semangat kerja yang tinggi, juga didorong dengan berperannya modal sosial di antara pedagang warung hik; c) Berdasarkan tingkat kemandirian (kepemilikan) terhadap gerobak untuk berjualan maupun penyediaan makanan dan jajanan yang akan disajikan, maka pedagang warung hik di kota Ponorogo dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu pedagang warung hik yang mandiri, semi mandiri, dan non mandiri; e) Dari sisi konsumen, pembeli yang datang ke warung hik tidak hanya semata-mata didorong oleh motif ekonomi (hanya membeli makanan dan minuman), tetapi didorong juga oleh motif yang lain, yaitu membutuhkan tempat yang nyaman untuk bersantai, mengobrol, dan berdiskusi. Kebanyakan pembeli merasa nyaman untuk singgah berlama-lama di warung hik. Hal tersebut disebabkan, disamping minuman dan jajanan yang disajikan cukup bervariasi dan dapat memesan jajanan yang dibakar, mereka juga dapat memilih tempat duduk yang disukai untuk bersantai, baik di kursi yang telah disediakan ataupun tempat duduk lesehan di trotoal dengan beralaskan tikar.
(Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor : 233/SP3/PP/DP2M/II/2006)

Read More......

Analisis Potensi Pajak Restoran Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Ponorogo

Ringkasan : Pajak Paerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang cukup potensial. Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 pajak restoran masih tergabung dengan pajak hotel. Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 3 Tahun 2003, tentang pajak restoran, maka secara resmi pengelolaan pajak restoran terpisah dengan pajak hotel.
Pada tahun 2003, realisasi penerimaan pajak restoran adalah sebesar Rp. 164.650.448 atau mencapai 100,79 persen dari target yang ditentukan. Sedangkan pada tahun 2004 realisasi pajak restoran mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu sebesar Rp. 299.923.523 atau mencapai 160,02 persen dari target yang ditentukan. Meskipun secara capaian target penerimaan dari pajak restoran sangat menggembirakan, tetapi jika mengkaji lebih dalam tentang realisasi penerimaan pajak restoran yang jauh di atas target maka diketahui bahwa dalam penetapan target tahunan pajak restoran belum berdasarkan potensi yang ada di lapangan. Disamping itu, hasil pengamatan awal di lapangan diketahui bahwa di Kabupaten Ponorogo telah terjadi perkembangan jumlah restoran yang signifikan dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, sangat dimungkinkan terjadinya potensial loss dari sisi penetapan target tahunan pajak restoran dan hal tersebut tentu saja akan berdampak pada realisasi penerimaan pajak restoran per tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung dan sekaligus menganalisis potensi pajak restoran di Kabupaten Ponorogo. Penelitian difokuskan di wilayah Kecamatan Kota. Pertimbangan pemilihan kecamatan tersebut adalah bahwa jumlah restoran yang terbanyak berada di wilayah Kecamatan Kota. Metode pengambilan data dengan menggunakan metode Angket atau Kuesioner dan didukung dengan wawancara secara langsung. Metode analisis data dengan menggunakan metode Analisis Deskriptif Kuantitatif. Disamping itu, berdasarkan hasil pengumpulan data maka akan dilakukan proyeksi target pajak restoran per tahun untuk 5 (lima) tahun ke depan. Proyeksi tersebut dibagi menjadi 3 (tiga) jenis proyeksi, yaitu proyeksi secara optimis, moderat dan pesimis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa a) Penetapan target Pajak Restoran di Kabupaten Ponorogo untuk tiap tahunnya masih belum berdasarkan potensi Pajak Restoran atau data di lapangan; b) Hasil penggalian data di lapangan menunjukkan bahwa Kabupaten Ponorogo memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan penerimaan dari Pajak Restoran; c) Dengan membandingkan target Pajak Restoran yang ditetapkan pada tahun 2006 dengan potensi Pajak Restoran hasil penggalian data di lapangan, diketahui bahwa target Pajak Restoran yang ditetapkan tersebut masih sangat rendah, yaitu sebesar 10,96 % dari potensi Pajak Restoran; dan d) Berdasarkan potensi Pajak Restoran hasil penggalian data di lapangan dan dengan menggunakan proyeksi moderat diketahui bahwa target Pajak Restoran pada tahun 2006 diproyeksikan sebesar Rp. 414.185.950, pada tahun 2007 diproyeksikan sebesar Rp. 534.051.364, pada tahun 2008 diproyeksikan sebesar Rp. 688.605.829, tahun 2009 diproyeksikan sebesar Rp. 887.888.355 dan tahun 2010 diproyeksikan sebesar Rp. 1.144.843.246.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan bahwa a) Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo melalui Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Ponorogo dalam menetapkan target Pajak Daerah, khususnya Pajak Restoran, untuk setiap tahunnya perlu memperhatikan potensi yang ada di lapangan, sehingga tidak terjadi potensial loss dalam penghitungan dan penetapan target pajak per tahun; b) Pihak Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Ponorogo perlu membuat dan memiliki data base tentang pajak agar dalam penetapan target pajak per tahun dapat sesuai dengan potensi yang ada di lapangan.
(Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor : 233/SP3/PP/DP2M/II/2006)

Read More......

Pergeseran Peran dan Fungsi Suami Terhadap Pendidikan Anak dalam Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Luar Negeri

Ringkasan : Adanya motivasi untuk mengubah nasib maupun adanya daya tarik upah yang relatif tinggi di luar negeri, mengakibatkan banyak tenaga kerja (khususnya para wanita) rela menjadi tenaga kerja di luar negeri, bahkan para wanita yang telah bersuamipun telah banyak menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri.
Dengan bekerjanya istri ke luar negeri, beban suami menjadi semakin besar karena selain setiap hari harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mengatur pekerjaan di dalam rumah juga harus mampu untuk mendidik, mengasuh dan mengawasi anak-anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pergeseran peran dan fungsi suami terhadap pendidikan anak dalam keluarga tenaga kerja wanita (TKW) luar negeri di Desa Polorejo Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Teknik Indepth Interview dan didukung dengan data-data yang diperoleh di kantor desa. Teknik penentuan informan dengan menggunakan Teknik Snow Ball dan untuk menganalisis data dengan menggunakan Model Intraktif Analisis Data.
Berdasarkan hasil dan pembahasan beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : a) Terdapat dua faktor yang mendorong ibu rumah tangga atau istri di Desa Polorejo untuk menjadi TKW di luar negeri, yaitu pertama, keinginan dari dalam dirinya sendiri dengan tujuan merubah nasib, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan memenuhi kebutuhan keluarga, dan kedua, dorongan dari luar diri, yaitu terpengaruh oleh teman, kerabat, tetangga, dan dorongan dari suami, dengan tujuan untuk membuat rumah, mencukupi perabot, kendaraan dan mencari modal usaha untuk masa depan; b) Peran dan fungsi suami dalam pemenuhan kebutuhan keluarga sangat didukung atau dibantu oleh anggota keluarga, terutama kakek-nenek, paman-bibi, adik kandung atau adik ipar, sehingga peran ganda suami (ayah) menjadi tidak terlalu berat dan dapat menekan konflik peran sebagai kepala keluarga; dan c) Dampak kepergian ibu rumah tangga (istri) menjadi TKW di luar negeri terhadap pendidikan anak sangat besar pengaruhnya. Dalam hal ini keterlibatan suami secara aktif sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak, baik dalam pendidikan formal (sekolah) maupun perhatian dan pemenuhan kebutuhan material dalam upaya mencapai prestasi anak secara mental dan spiritual.
Sedangkan saran yang dapat diajukan adalah : a) Bagi ibu rumah tangga (istri), khususnya yang sudah mempunyai anak, dalam memutuskan menjadi TKW di luar negeri hendaknya mendapat persetujuan baik oleh suami maupun anak yang tertua, sehingga dapat menghindari ketidakharmonisan keluarga karena terdapat kesadaran akan cita-cita bersama yang menjadi harapan keluarga; b) Bagi suami (ayah), yang ditinggal oleh istrinya bekerja di luar negeri, hendaknya memenuhi kewajibannya sebagai ayah dan sekaligus sebagai ibu yang baik, dihormati oleh anak-anaknya, dan penuh dengan pengertian, kesadaran, dan keikhlasan dalam menjaga, memelihara, mengasihsayangi, dan memberi perhatian kepada anak-anaknya, sehingga pendidikan anak dapat dicapai dengan baik dan berguna bagi masa depannya; c) Bagi pemerintah dan pialang tenaga kerja, hendaknya memberikan jaminan keamanan dan perlindungan terhadap para TKW di luar negeri, mulai dari berangkat, di tempat kerja dan sampai dengan pada saat mereka pulang; dan d) Bagi masyarakat yang mempunyai keinginan menjadi TKW di luar negeri hendaknya melalui jalan yang resmi atau formal (Depnaker atau PJTKI resmi) sehingga tidak terjadi penipuan dan akhirnya dideportasi dan tidak mendapatkan perlindungan hukum.
(Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor : 233/SP3/PP/DP2M/II/2006)

Read More......

Dampak Perayaan Grebeg Suro Tahun 2006 terhadap Kondisi Sosio-Ekonomi Masyarakat Ponorogo dan Pelaksanaan Festival Reyog Nasional Tahun 2006

Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : a) Secara mayoritas pelaku bisnis menyatakan bahwa pada Perayaan Grebeg Tahun 2006 terjadi penurunan pendapatan jika dibandingkan dengan tahun lalu (tahun 2005). Penurunan tersebut, menurut mereka, banyak disebabkan oleh sepinya pengunjung yang dikarenakan kondisi cuaca yang cenderung hujan;
b) Dari sisi pendapatan, total pendapatan pelaku bisnis atau dapat disebut total perputaran uang yang terjadi selama Perayaan Grebeg Suro Tahun 2006 adalah sebesar Rp. 3.038.543.333,-; dan c) Terkait dengan penyelenggaraan Festival Reyog Nasional ke 12 tahun 2006 secara umum berjalan baik dan lancar, baik terkait dengan persiapan, proses pelaksanaan, maupun hasil akhir FRN. Beberapa kekurangan menyebar di beberapa aspek teknis, meliputi; keterbatasan sosialisasi FRN, tata panggung yang sering terkendala oleh cuaca (hujan), belum adanya pedoman penilaian yang representatif berdasar pesan-pesan substantif seni Reyog sesuai karakter masyarakat Ponorogo, keterbatasan tempat transit peserta (terutama penyediaan kursi berikut penyambutan peserta FRN). Terlepas dari kekurangan yang ada itu, penyelenggaraan FRN ke 12 tahun 2006 ini mengindikasikan masih kuatnya apresiasi masyarakat terhadap FRN, baik dari aspek peserta maupun masyarakat penonton. Karena itu kemungkinan pengembangan sekaligus penguatan pesona wisata melalui event ini masih sangat terbuka lebar.
Sedangkan rekomendasi yang dapat disampaikan adalah : a) Perayaan Grebeg Suro yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo terbukti mampu mengerakkan perekonomian di Ponorogo dan mampu mendorong tumbuhkembangnya usaha-usaha bisnis yang dapat mengurangi angka pengangguran. Oleh sebab itu, ke depan Pemerintah Kabupaten Ponorogo diharapkan akan dapat lebih mendorong dan mengembangkan usaha-usaha bisnis lokal dan sekaligus meningkatkan promosi produk-produk unggulan Ponorogo; b) Beberapa kekurangan yang ada dan terjadi dalam event FRN sangatlah wajar, jika mempertimbangkan lingkup festival setingkat nasional. Namun demikian, sebuah langkah bijak memang harus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo, misalnya pada aspek tata panggung yang sering terkendala oleh cuaca, terutama hujan bias disikapi dengan mengantisipasinya dengan penutup panggung yang bersifat fleksibel (bias dibuka dan ditutup sesuai dengan kebutuhan), begitu seterusnya untuk berbagai kekurangan yang lain, mengingat kualitas penyelenggaraan FRN jelas akan berdampak pada penguatan seni Reyog ini semakin bermakna dan lestari. Dimasa mendatang hendaknya Ponorogo bukan hanya menjadi penyelenggara Festival Reyog Nasional secara berkala, tetapi juga menjadi Laboratorium pengembangan Seni Reyog tersebut.
(Kerja sama antara Panitia Besar Grebeg Suro Kabupaten Ponorogo dengan Kelompok Studi Masyarakat Ponorogo, Tahun 2006)

Read More......

Solidaritas Mekanik Masyarakat Dan Survivalitas Pengusaha Muslim Perkotaan Di Ponorogo

Ringkasan : Fenomena perkembangan pengusaha muslim perkotaan di Ponorogo sangat menarik untuk diamati. Fluktuasi peran pengusaha muslim perkotaan, mulai jaman keemasan pada tahun 1950 sampai akhir tahun 1960, jaman kemerosotan pada tahun 1970-an dan jaman kebangkitan kembali mulai akhir tahun 1980-an, memberikan gambaran yang jelas tentang adanya upaya yang gigih dari pengusaha muslim perkotaan untuk berperan lebih besar dalam perekonomian di kota Ponorogo.

Kegigihan pengusaha muslim perkotaan tersebut tentu saja memerlukan kerja keras dan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui survavilitas pengusaha muslim perkotaan di kota Ponorogo. Secara lebih rinci penelitian ini untuk mengetahui 1) Solidaritas mekanik masyarakat muslim di kota Ponorogo; dan 2) Etos kerja pengusaha muslim perkotaan di kota Ponorogo.
Berdasarkan fokus dalam penelitian ini, maka sebagian besar data dan sumber data diperoleh di wilayah perkotaan. Dari sebanyak sembilan belas kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Ponorogo (Kecamatan Kota) Kabupaten Ponorogo, sebagian besar usaha perdagangan dari pengusaha muslim berada di tiga Kelurahan, yaitu Kelurahan Mangkujayan, Kelurahan Banyudono dan Kelurahan Bangunsari. Dengan demikian lokasi penelitian difokuskan pada tiga kelurahan tersebut. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah para Pengusaha Muslim Pribumi yang lokasi usahanya berada di wilayah perkotaan, yaitu di Kelurahan Mangkujayan, Kelurahan Banyudono dan Kelurahan Bangunsari. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik Indepth Interview atau wawancara mendalam. Sedangkan untuk menganalisis data dengan menggunakan Model Interaktif Analisis Data.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah bahwa masyarakat muslim Ponorogo dengan solidaritas mekaniknya telah membantu survavilitas pengusaha muslim. Selain itu pengusaha muslim pribumi mempunyai etos kerja yang tinggi. Semangat kerja mereka tidak hanya didorong oleh motif-motif ekonomi, yaitu supaya bisa memenuhi kebutuhan ekonomi semata, tetapi juga didorong oleh motif religi dan motif sosial. Tingginya etos kerja para pengusaha muslim pribumi dalam menjalankan usahanya adalah modal utama atas survivalitas bisnis mereka selain mereka punya pengalaman dan ketrampilan yang cukup. Etos kerja yang tinggi yang dimiliki oleh para pengusaha muslim pribumi tersebut belum didukung sikap profesional layaknya para pelaku bisnis yang berhasil. Hal ini terbukti dengan tidak adanya jaringan kerja diantara para pengusaha, bahkan mereka sangat mengandalkan pada ikatan emosi masyarakat sesama muslim. Lebih dari itu mereka dalam melakukan promosi jarang menggunakan media periklanan modern, seperti surat kabar dan radio, tetapi lebih mengandalkan pada metode promosi dari mulut ke mulut.
(Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Penelitian Nomor : 185/SPPP/PP/DP3M/IV/2005)

Read More......

Pendataan dan Penghitungan Potensi Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Ponorogo Tahun 2005

Abstrak : Pendataan dan Penghitungan Potensi Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Ponorogo Tahun 2005 menggunakan data yang bersumber dari Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Ponorogo, Dinas Kimpraswil Kabupaten Ponorogo, PT. PLN (Persero) APJ Ponorogo, PT. PLN (Persero) UPJ Balong dan UPJ Ponorogo, Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo dan dilengkapi dengan data primer yang diambil secara langsung di lapangan.

Analisis data dengan menggunakan analisis kecenderungan, sedangkan untuk proyeksi pajak penerangan jalan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dengan menggunakan tiga jenis proyeksi, yaitu proyeksi secara Pesimis, Moderat dan Optimis. Berdasarkan hasil analisis data dan kajian perkembangan kondisi perekonomian, proyeksi pajak penerangan jalan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang lebih realistis adalah dengan menggunakan data realisasi pajak penerangan jalan tiap bulan dan proyeksi dilakukan secara moderat. Meskipun dengan menggunakan analisis data hasil penelitian tersebut telah dapat diproyeksikan besarnya pajak penerangan jalan untuk lima tahun ke depan, tetapi mengingat kondisi perekonomian yang tidak selalu stabil dalam setiap tahun dan adanya berbagai variabel yang mempengaruhi realisasi pajak penerangan jalan, maka diperlukan adanya evaluasi capaian target pajak setiap tahunnya, sehingga dapat menekan adanya potential loss dalam penetapan target pajak untuk tahun selanjutnya. Disamping itu, untuk mengatasi permasalahan pemasangan penerangan jalan umum yang tidak resmi, maka pihak PT. PLN (Persero) APJ Ponorogo dan pihak Pemerintah Kabupaten Ponorogo perlu “duduk bersama” untuk melakukan kajian penghitungan dan penetapan kembali terhadap kebutuhan penerangan jalan umum untuk masing-masing desa/kelurahan, serta mencari alternatif pemecahan masalah secara bersama sehingga kedua belah pihak tidak ada yang merasa dirugikan dan dapat menghindari dampak negatif yang dapat terjadi di masyarakat.
(Kerja sama antara Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Ponorogo dengan LPPM Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Tahun 2005)

Read More......

Pendataan dan Penghitungan Potensi Pajak Daerah Kabupaten Ponorogo Tahun 2004

Abstraksi : Pajak daerah merupakan satu di antara sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup potensial dalam rangka mendukung penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah. Karenanya, agar implementasi pajak itu berjalan dengan baik dan lancar, perlu dilakukan kajian terus-menerus terhadapnya.

Kegiatan ini bertujuan: mengidentifikasi dan menghitung potensi pajak daerah Kabupaten Ponorogo; menyusun proyeksi potensi pajak untuk kurun waktu lima tahun ke depan (2005-2010); menyusun data base secara lengkap dan akurat pajak daerah Kabupaten Ponorogo.
Data yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada obyek penelitian, meliputi pajak hotel, pajak restoran, dan pajak parkir. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui sumber-sumber resmi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi-instansi terkait lainnya. Metode pengumpulan data, dengan demikian, menggunakan interview, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif-analitis, yakni pengungkapan dan penggambaran keadaan faktual dan akurat tentang obyek yang diamati, kemudian dibahas secara analitis, bertitik tolak dari pemikiran, konsep, paradigma yang melandasi. Dari data kuantitatif akan diproyeksikan penetapan target pajak daerah untuk masa akan datang, melalui dua skenario (berdasar penetapan target pada tahun sebelumnya dan berdasar temuan riil di lapangan), dengan tiga estimasi : optimis, moderat, dan pesimis.
Pokok-pokok temuan yang berhasil diungkap dalam penelitian ini adalah bahwa terjadi perbedaan antara data sekunder (dari dinas terkait) dengan data primer (hasil penggalian data lapangan). Perbedaan terjadi dalam hal : 1) data besarnya pajak yang dibayar oleh wajib pajak dengan data target penerimaan pajak dari dinas terkait; 2) potensi penerimaan pajak per-tahun jauh lebih besar dibandingkan dengan target potensi penerimaan yang telah ditetapkan oleh instansi terkait. Berbasis pada pertimbangan perkembangan penerimaan pajak daerah Kabupaten Ponorogo mulai tahun 2001 sampai dengan 2004, serta penetapan target pajak berdasar dua skenario, maka ditemukan hasil berikut: penetapan berdasar skenario pertama dan estimasi moderat ditemukan pajak daerah tahun 2005 sebesar Rp. 6.471.500.000, tahun 2006 sebesar Rp. 7.451.900.000, tahun 2007 sebesar Rp. 8.432.300.000, tahun 2008 sebesar Rp. 9.412.700.000, tahun 2009 sebesar Rp. 10.393.100.000, dan tahun 2010 sebesar Rp. 11.373.500.000. Sedangkan penetapan berdasar skenario kedua dan estimasi moderat, ditemukan bahwa penetapan target pajak daerah tahun 2005 sebesar Rp. 5.888.504.500, tahun 2006 sebesar Rp. 6.716.066.275, tahun 2007 sebesar Rp. 7.664.646.243, tahun 2008 sebesar Rp. 8.752.217.533, tahun 2009 sebesar Rp. 9.999.439.039, dan tahun 2010 sebesar Rp. 11.430.057.833. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa pemasukan dana bagi pemerintah Kabupaten Ponorogo dari sektor pajak daerah memiliki potensi yang sangat besar.
Kerja sama antara Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Ponorogo dengan LPPM Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Tahun 2004)

Read More......

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Mei 2009)

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Mei 2009)

Penerbit: P2FE_UMP, Ponorogo (Oktober 2010)

Penerbit: P2FE_UMP, Ponorogo (Oktober 2010)

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Maret 2009)

Penerbit: Ardana Media Yogyakarta (Maret 2009)

Penerbit : Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press, Maret 2013

Penerbit : Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press, Maret 2013

Penerbit Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press (Juli 2013

Penerbit Univ. Muhammadiyah Ponorogo Press (Juli 2013

Penerbit UNMUH Ponorogo Press Bulan Juli 2015

Penerbit UNMUH Ponorogo Press Bulan Juli 2015

  ©REYOG CITY. Template by Dicas Blogger.

TOPO